Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah terpantau melemah pada perdagangan hari ini, Senin (11/7/2016), di tengah tanda-tanda bahwa para pengebor minyak telah beradaptasi dengan harga yang lebih rendah serta adanya indikasi baru pelemahan ekonomi di Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak WTI kontrak Agustus turun 0,57% atau 0,26 poin ke US$45,15 per barel pada pukul 12.55 WIB, setelah dibuka melemah 0,75% atau 0,34 poin di posisi US$45,07.
Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak September melandai 0,45% atau 0,21 poin ke level US$46,55, setelah dibuka dengan pelemahan 0,58% atau 0,27 poin di level 46,49.
Seperti dilansir Reuters hari ini, pelemahan harga minyak mentah akibat mulainya penyuling Asia memangkas pemesanan minyak demi menyesuaikan kenaikan tajam harga minyak mentah sejak Januari serta perlambatan ekonomi di kawasan tersebut.
"Impor minyak mentah ke Asia selama beberapa bulan terakhir menurun, (namun) jumlah volume begitu tinggi selama setahun terakhir berkat adanya aksi ambil untung dari harga minyak yang rendah, oleh karenanya lebih alami jika kita menyaksikan perlambatan yang lebih cepat daripada nanti,” ujar Ralph Leszczynski, Kepala Riset Banchero Costa.
Sementara itu, terdapat peningkatan bukti bahwa produsen minyak AS dapat bertahan dengan harga minyak mentah di kisaran US$45 atau lebih tinggi, di saat pengebor minyak menambah sarana pembornya, kejatuhan minyak AS menipis pada Juni, serta prediksi kenaikan minyak AS turun ke level terendah dalam empat minggu.
Namun di sisi lain, terdapat juga lebih banyak tanda perlambatan ekonomi di Asia. Di Jepang, pemesanan mesin inti secara tidak terduga jatuh 1,4% pada Mei dibanding bulan sebelumnya.
Di China, data inflasi konsumen pada Juni berada di bawah target resmi sekitar 3% tahun ini. Hal ini mengindikasikan menurunnya permintaan.