Bisnis.com, JAKARTA--Perusahaan tambang batu bara milik taipan Eka Tjipta Widjaja dari Grup Sinarmas, PT Golden Energy Mines Tbk. mengkaji ekspansi anorganik dengan mengakuisisi perusahaan baru.
Fuganto Widjaja, Direktur Utama Golden Energy Mines, mengatakan perseroan tengah membidik 2-5 perusahaan tambang baru untuk diakuisisi di wilayah Kalimantan dan Sumatra. Perseroan menargetkan pencaplokkan bakal rampung pada tahun ini.
"Saya berharap bisa difinalisasi tahun ini. Tapi sulit dipastikan, karena harus negosiasi, bisa saja lama. Sekitar 2-5 perusahaan tambang yang dibidik, tapi tidak semua akan jadi," ujarnya Selasa (14/6/2016).
Emiten bersandi saham GEMS itu mengkaji akuisisi sebagai aksi anorganik dengan pertimbangan biaya logistik perusahaan batu bara yang dibidik terbilang murah. Bahkan, batu bara dengan kualitas rendahpun dapat digunakan untuk pembangkit listrik pada entitas Grup Sinarmas.
Dari sisi cadangan, perseroan menargetkan perusahaan tambang yang ingin dicaplok minimum memiliki 20 juta ton batu bara. Pasalnya, bila cadangan yang dimiliki sedikit, tentu ongkos infrastrukturnya bakal jauh lebih mahal.
Aksi anorganik itu, sambungnya, dilakukan demi mempertahankan cadangan batu bara perseroan. Produksi batu bara GEMS mencapai 9 juta ton setiap tahun, dan diproyeksi akan menguras cadangan yang kini dimiliki sebanyak 600 juta ton.
Kas perseroan mencapai US$40 juta ditambah dengan pinjaman dari PT Bank Mega Tbk. senilai US$40 juta, dinilai cukup untuk cadangan dana akuisisi. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) perseroan juga terbilang mini mencapai 0,2 kali.
Tahun ini, emiten batu bara tersebut membidik produksi 8,6 juta ton, lebih rendah dari realisasi tahun sebelumnya 8,7 juta ton. Sedangkan, penjualan batu bara ditargetkan mencapai 10,7 juta ton, lebih tinggi dari realisasi sebelumnya 9,5 juta ton.
Pangsa pasar penjualan batu bara domestik ditargetkan naik menjadi 55%-60% dari realisasi sepanjang tahun lalu 48%. Pangsa ekspor diproyeksi terkoreksi menjadi 40% dari sebelumnya 52% lantaran permintaan domestik yang membesar.
Lonjakan pasar domestik menurutnya terjadi akibat pertumbuhan demand dalam negeri yang jauh lebih cepat ketimbang pasar dunia. Manajemen Golden Energy Mines mengklaim ingin memprioritaskan potensi dalam negeri seiring dengan mulai mengantrenya demand dari pembangkit listrik.
Untuk pasar ekspor, perseroan memerkirakan penjualan ke China pada tahun ini mencapai 1 juta ton. Sedangkan, ekspor ke India diproyeksi hanya akan mencapai 1-2 juta ton hingga akhir 2016.
Meski tengah menghadapi tantangan, manajemen GEMS berambisi mampu melipatgandakan laba bersih pada tahun ini hingga dua kali. Sepanjang tahun lalu, laba bersih emiten bersandi GEMS itu merosot 81,28% menjadi US$2,02 juta dari tahun sebelumnya US$10,79 juta.
Optimisme itu dipaparkan cucu dari pendiri Grup Sinarmas Eka Tjipta, lantaran lebih dari 60%-70% batu bara yang diproduksi perseroan telah dipastikan kontrak penjualannya. Perseroan juga mengklaim telah menurunkan komponen biaya eksplorasi demi efisiensi produksi tambang.
Perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/Capex) senilai US$15 juta yang dirogoh dari kas interal dan pinjaman perbankan. Hingga kuartal I/2016, perseroan baru menyerap belanja modal sebesar US$0,5 juta untuk perawatan infrastruktur.