Bisnis.com, JAKARTA--Hambatan produksi terutama di wilayah Afrika Barat memicu terjadinya krisis pasokan kakao global. Harga pun diprediksi akan mengalami tren kenaikan hingga akhir 2016.
Pada perdagangan Senin (13/6) pukul 16:53 WIB harga kakao di ICE untuk kontrak September 2016 terkoreksi 0,74% atau 23 poin menjadi US$3.076 per ton. Angka ini menunjukkan harga terkoreksi 1,22% sepanjang tahun berjalan.
Damien Thouvenel, Trader Sucden et Denrees SA, menyampaikan kondisi angin gurun terburuk dalam tiga dekade terakhir mengurangi kualitas kakao di Afrika Barat. Hal ini membuat defisit pasokan biji cokelat global diprediksi mencapai 280.000 ton di pasar fisik.
Biji cokelat dari panen di tengah musim di Pantai Gading dan Ghana sebagai produsen terbesar di dunia menurun ke level terendah dalam dua tahun terakhir. Kualitasnya pun terlalu rendah untuk ekspor, bahkan bila digunakan dalam penggilingan lokal.
Menurut Thouvenel, hal ini menarik aksi beli para spekulan, sehingga mengerek harga kakao berjangka di London ke level tertinggi sejak 2012. Harga kakao yang lebih tinggi diprediksi mendorong petani di seluruh negara menggenjot produksi pada tahun depan.
Prediksi para petani yang memacu produksi di tahun depan, sementara tingkat permintaan tidak bertumbuh membuat pasar mengalami surplus yang signifikan pada 2017.
"Jika tidak ada penundaan panen berikutnya, biji kakao berkualitas baik baru tersedia di pasar secepat-cepatnya pada Desember. Di waktu yang sama, harga yang lebih tinggi menguntungkan petani, sehingga tingkat produksi kembali rebound," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg.
Pantai Gading diestimasi akan memacu ekspor lebih dari 100.000 ton selama sisa musim panen, atau kurang dari setengah pengiriman di tahun sebelumnya. Hal ini terjadi akibat cuaca kering yang melanda lahan potensial di kawasan tersebut.
Selain itu, dengan kualitas pasokan yang masih jelek, industri penggilingan di wilayah lain seperti Eropa dan Amerika Serikat bakal menimbun stok yang ada. Pasalnya untuk membuat satu batang cokelat atau mentega membutuhkan lebih banyak bahan baku bila kualitasnya kurang bagus.
Sebagian besar analis dan pengusaha pun memerkirakan jumlah permintaan kakao di sisa 2016 masih melebihi pasokan. Olam International Ltd. memprediksi defisit kakao mencapai 308.000 ton, sedangkan Cargill Inc, produsen kedua terbesar di dunia, berpendapat selisih suplai dan penyerapan sekitar 160.000 ton.
Hightower Report dalam publikasi risetnya menuliskan, pada musim 2015-2016 akan terjadi defisit pasokan kakao global sebanyak 180.000 ton, sesuai dengan estimasi International Cocoa Organization (ICCO). Sentimen itu membuat harga akan menembus zona US$3.051-US$3.090 per ton dalam waktu dekat.