Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan ritel produk kesehatan dan kecantikan PT Duta Intidaya Tbk., berencana melantai di bursa (Initial Public Offering/ IPO) pada kuartal II/2016 dengan target pengumpulan dana mencapai Rp90 miliar. Sekitar 35% dana digunakan untuk pelunasan utang, dan selebihnya sebagai pendaan ekspansi.
Pemegang lisensi tunggal merek Watsons di Indonesia itu siap menerbitkan 478,041 juta saham baru atau sekitar 23% dari modalnya setelah penawaran umum. Perseroan telah menunjuk PT Trimegah Securities Tbk., sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (lead underwriter).
Masa penawaran awal (book building) akan berlangsung 31 Mei-6 Juni 2016. Sedangkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan diharapkan terbit tanggal 15 Juni 2016.
Adapun masa penawaran umum dijadwalkan berlangsung dari 17-21 Juni 2016, dan pencatatan perdana (listing) saham di BEI pada 28 Juni 2016. Harga saham yang ditawarkan senilai Rp170-Rp190 per lembar.
Sukarnen Suwanto, Direktur Independen PT Duta Intidaya Tbk., mengatakan perseroan membidik dana IPO sampai Rp90 miliar. Sekitar 35% digunakan untuk pelunasan utang perbankan di HSBC senilai Rp29 miliar.
Selebihnya 65% diperuntukkan bagi ekspansi gerai baru, modal kerja, dan pengembangan e-commerce. Saat ini, Watsons sudah memiliki 47 toko di Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah dengan total luas area 8.900 m2.
Sukarnen menyampaikan pihaknya berencana menambah 15-20 toko baru sepanjang 2016, dan 5 di antaranya ditargetkan berada di luar Jawa. Perkiraan biaya investasi setiap gerai baru berkisar Rp1 miliar tergantung dari lokasi dan luas area sewa. "Gerai pertama di luar Jawa akan dibuka di Bali," tuturnya, Selasa (31/5/2016).
Perseroan mengalami Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (Compound Annual Growth Rate/ GAGR) sebesar 56,5% dari 12 gerai pada 2012 menjadi 46 gerai hingga Desember 2015. Berdasarkan data Nielsen, selama setahun terakhir total penjualan Duta Intidaya bertumbuh 18% dibandingkan pertumbuhan pasar sebanyak 10,2%.
Tahun lalu, perusahaan membukukan penjualan Rp192 miliar. Namun, banyaknya ekspansi gerai baru membuat Duta Intidaya mendapatkan rugi bersih Rp35 miliar. Marjin laba bersih minus 18,21%, sedangkan laba kotor 42,33%.
"Untuk mendapatkan traffic gerai yang stabil butuh waktu 1-2 tahun, sehingga proyeksi kami memeroleh keuntungan dalam 2-3 tahun ke depan. Saat ini kami masih dalam tahap ekspansi dan growth," ujar Sukarnen.
Mengenai kinerja sepanjang tahun berjalan, sampai Mei 2016 penjualan bertumbuh sekitar 10% secara tahunan (yoy). Mendekati momen Ramdhan dan perayaan Idul Fitri, Sukarnen yakin tingkat konsumsi masyarakat akan bertambah sehingga mendorong penjualan produk di Watsons.
Lilis Mulyawati, Presiden Direktur PT Duta Intidaya Tbk., menyampaikan untuk memacu kinerja perseroan menjalankan tiga strategi utama. Pertama, pengembangan bisnis atau ekspansi ke kota-kota besar seluruh Indonesia.
Kedua, melakukan diferensiasi dari ritel lain. Saat ini Watsons memiliki produk eksklusif dan merek pribadi karena menyasar konsumen yang loyal. Ketiga, invasi melalui media sosial dan e-commerce. Mulai 2016, perusahaan menjalin kerjasama dengan Lazada dan Gojek.
"Pertumbuhan e-commerce sangat pesat dalam lima tahun terakhir, sehingga kami juga harus mengarah ke sana. Awal 2017 kami akan luncurkan aplikasi khusus di gawai agar konsumen bisa langsung membeli," jelasnya.
Mengenai pinjaman kepada HSBC dengan bunga 10%, menurutnya, akan dilunasi secara keseluruhan menggunakan hasil dana IPO sehingga manajemen bisa fokus kepada ekspansi.