Bisnis.com, JAKARTA— Pasar obligasi dalam negeri masih akan mengalami tekanan pada perdagangan hari ini, Senin (23/5/2016). Investor diminta untuk hold masuk pasar obligasi.
Analis fixed income PT Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus mengatakann ekspetasi kenaikan fed fund rate yang mungkin terjadi pada Juni 2016, serta melemahnya rupiah membuat beberapa pelaku pasar dan investor melepas kepemilikannya obligasinya. Selain untuk merealisasikan keuntungannya, mereka juga berkesempatan untuk mendapatkan harga yang murah.
Adapun, pagi ini pasar obligasi masih di buka melemah dengan potensi melemah terbatas. Hadirnya lelang esok hari, berpotensi untuk menurunkan total transaksi dan total frekuensi hari ini. Penurunan obligasi juga di dorong oleh masih lemahnya nilai tukar rupiah atas dolar AS, meskipun pagi ini di buka menguat tipis di Rp13.603.
"Rupiah masih akan melemah seiring dengan masih kuatnya dolar. Pelemahan harga obligasi hari ini juga di tambah dengan melemahnya harga minyak akibat dari pernyataan Iran yang belum akan menahan ekspor minyaknyadi level saat ini,” katanya dalam riset, Senin (23/5/2016)
Namun pagi ini minyak di buka menguat di US$48,46 per barel yang justru akan menahan pelemahan lebih lanjut bagi pasar obligasi. Menurutnya, secara teknikal, pasar obligasi masih akan mengalami penurunan di semua benchmark.
"Oleh sebab itu kami masih merekomendasikan hold. Pasar obligasi dalam negeri masih akan mengalami tekanan, oleh sebab itu menunggu adalah strategi terbaik.”