Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara ditutup melemah pada perdagangan kemarin, Kamis (12/5/2016), meski dibuka dengan penguatan di awal dagang.
Pada perdagangan Kamis, harga batu bara ditutup turun walau tipis sebesar 0,10% atau 0,05 poin ke US$48,60/metrik ton untuk kontrak Juni 2016.
Harga batu bara ditutup melemah setelah dibuka di zona hijau dan mencapai level 48,70, tertinggi dalam 7 bulan terakhir sejak mencapai level 48,50 pada tanggal 12 Oktober 2015.
Pelemahan harga batu bara pada perdagangan kemarin mengakhiri trend penguatan selama beberapa hari sebelumnya, mengikuti pergerakan harga minyak mentah dan volatilitas pertumbuhan ekonomi China.
Dari dalam negeri, seperti dilaporkan Bisnis.com hari ini, Analis PT Asanusa Asset Management Akuntino Madhany menuturkan harga komoditas batu bara belum banyak mengalami perubahan sejak akhir tahun lalu. Meski sempat rebound, harga batu bara terbilang flat bila dibandingkan dengan tahun lalu.
Pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu yang melambat, serta pengurangan penggunaan coal untuk power plant, diproyeksi membuat China tidak lagi menjadi tumpuan ekspor batu bara. Sedangkan, power plant yang dibangun di Indonesia diprediksi tidak akan menyerap kebutuhan batu bara pada tahun ini.
Perbaikan kinerja emiten batu bara di dalam negeri diprediksi terjadi lantaran margin yang dibukukan mulai positif. Sejumlah emiten telah membukukan kenaikan margin keuntungan seiring dengan efisiensi yang diterapkan.
"Katalis emiten batu bara itu mencari pasar baru selain China, bisa ke India atau Amerika Serikat," ucapnya.
Pergerakan harga batu bara di bursa Rotterdam*
Tanggal | US$/MT |
12 Mei | 48,60 (-0,10%) |
11 Mei | 48,65 (+1,78%) |
10 Mei | 47,80 (+0,84%) |
9 Mei | 47,40 (-0,21%) |
6 Mei | 47,50 (+1,28%) |
*Kontrak Juni 2016
Sumber: Bloomberg