Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemecahan Saham HMSP: Raksasa Rokok Berpotensi Rights Issue Lagi

Rencana pemecahan saham oleh raksasa rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. diprediksi bakal dilanjutkan dengan aksi korporasi berikutnya berupa rights issue untuk menambah free float di lantai bursa.
Kantor HM Sampoerna. /HM Sampoerna
Kantor HM Sampoerna. /HM Sampoerna

Bisnis.com, JAKARTA--Rencana pemecahan saham oleh raksasa rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. diprediksi bakal dilanjutkan dengan aksi korporasi berikutnya berupa rights issue untuk menambah free float di lantai bursa.

Analis PT Asanusa Asset Management Akuntino Madhany menilai rencana pemecahan saham (stock split) emiten bersandi HMSP itu tidak akan menjadi jawaban atas persoalan rendahnya minat investor ritel untuk membeli saham perusahaan rokok milik Philip Morris International Inc. tersebut.

"Free float HMSP sendiri enggak banyak di market. Jangankan ritel, funds manager besar saja enggak bisa membeli dengan jumlah yang besar," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (11/4/2016).

Setelah aksi penawaran umum terbatas (PUT) melalui mekanisme rights issue pada Oktober 2015, perseroan meraup dana Rp20,76 triliun. Perseroan menerbitkan 269,72 juta saham baru dengan harga Rp77.000 per lembar.

PT Philip Morris Indonesia selaku pemegang kuasa Philip Morris International Inc. di Tanah Air kini menggenggam 92,5% kepemilikan dalam HMSP. Sisanya, sebanyak 7,5% saham HMSP digenggam oleh publik.

Akuntino mengatakan investor memburu saham HMSP beberapa waktu terakhir lantaran mulai masuk dalam kategori LQ-45. Perburuan investor terhadap saham HMSP membuat harganya meroket hingga ke level tertinggi sepanjang sejarah Rp112.125 per lembar.

Dia menilai, rasio harga saham terhadap laba (price to earning ratio/PER) dan rasio harga saham terhadap nilai perusahaan (price to book value/PBV) saham-saham sektor consumer goods memang terbilang mahal.

Saat ini, PER sektor barang-barang konsumsi mencapai 32,99 kali dan PBV mencapai 7,9 kali. Sedangkan, PER Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencapai 26,53 kali dan PBV IHSG sebesar 2,4 kali.

Adapun, PER saham HMSP mencapai 33,4 kali dengan PBV sebesar 14,14 kali. Dengan harga penutupan kemarin Rp97.275 per lembar dengan kapitalisasi pasar Rp452,59 triliun, saham HMSP terbilang mahal.

"Saham HMSP sempat lebih dari Rp111.000 per lembar, itu mahal banget. Sekarang sudah agak netral," tuturnya.

Rencana stock split yang digagas oleh manajemen HMSP perlu dicermati lantaran kemungkinan akan ada aksi korporasi lanjutan berupa rights issue. Tetapi, rights issue dilakukan dengan menambah jumlah saham beredar atau menerbitkan saham baru seperti sebelumnya.

Jika manajemen memutuskan untuk menambah saham baru, katanya, perseroan harus menghitung dana yang diraup dari aksi tersebut. Kajian diperlukan bila perseroan tidak membutuhkan dana banyak untuk ekspansi.

Ruang ekspansi emiten rokok, imbuhnya, terbilang ketat. Pasalnya, penjualan produk rokok bakal terbentur oleh gaya hidup, kesehatan, hingga regulasi dari pemerintah.

Pada saat yang sama, perseroan juga dinilai tidak membutuhkan dana yang banyak untuk pengembangan usaha. Sebab, setiap tahun, perseroan juga membagikan dividen cukup besar bagi pemegang saham. Artinya, perseroan memiliki dana yang yang cukup besar untuk dinikmati oleh investor.

"Jangan sampai HMSP punya dana idle. Bisnis rokok tumbuh kian terbatas, semakin mature sebuah negara, penjualan rokok akan semakin turun," katanya.

Emiten rokok berkapitalisasi pasar terbesar H.M. Sampoerna berniat untuk memecah harga saham untuk meningkatkan likuiditas dan menambah minat investor ritel.

Ike Andriani, Sekretaris Perusahaan H.M. Sampoerna, mengatakan pemecahan saham atau stock split akan dilakukan dengan rasio 1:25. Sehingga, harga saham emiten berkode HMSP yang pada penutupan 6 April 2016 mencapai Rp101.025 per lembar dapat turun ke level harga saham mayoritas yang diperdagangkan di PT Bursa Efek Indonesia.

"Berdasarkan pengamatan perseroan, lebih dari 90% saham perusahaan tercatat di BEI saat ini diperdagangkan dengan harga di bawah Rp5.000 per lembar saham," katanya.

Persetujuan stock split akan meminta restu dari rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang bakal digelar pada 27 April 2016. Manajemen memastikan tidak akan ada kendala berarti untuk aksi korproasi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper