Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moodys Katrol Peringkat TPIA

Lembaga pemeringkat Moody's Investor Service menaikan peringkat Grup PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. dari B2 menjadi B1
Pekerja PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) menuangkan biji plastik (polypropylene) ramah lingkungan untuk bahan membuat kantong plastik yang mudah lapuk kembali menjadi tanah dalam tempo 4 bulan, di Cilegon, Banten, Selasa (12/11). Perusahaan petrokimia tersebut memproduksi biji plastik ramah lingkungan dengan kode Asrene SF5008E untuk dipasarkan ke semua kota Besar di Indonesia untuk mengurangi dampak buruk limbah plastik konvensional yang tidak bisa lapuk dalam ratusan tahun./antara
Pekerja PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) menuangkan biji plastik (polypropylene) ramah lingkungan untuk bahan membuat kantong plastik yang mudah lapuk kembali menjadi tanah dalam tempo 4 bulan, di Cilegon, Banten, Selasa (12/11). Perusahaan petrokimia tersebut memproduksi biji plastik ramah lingkungan dengan kode Asrene SF5008E untuk dipasarkan ke semua kota Besar di Indonesia untuk mengurangi dampak buruk limbah plastik konvensional yang tidak bisa lapuk dalam ratusan tahun./antara

Bisnis.com, JAKARTA—Lembaga pemeringkat Moody's Investor Service menaikan peringkat Grup PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. dari B2 menjadi B1.

Brian Gieser, Vice President and Senior Analyst Corporate Finance Group Moody's Investors Service Singapore Pte. Ltd., menyatakan peringkat emiten bersandi saham TPIA itu dinaikan lantaran dalam kurun dua tahun ke depan arus kas perseroan akan cenderung positif.

Sebabnya, emiten petrokimia tersebut akan dapat memotong belanja modal seiring telah dilakukannya ekspansi kapasitas produksi naphtha cracker di pabrik yang sudah ada dan selesainya pembangunan pabrik butadiene baru.

"Dengan kapasitas baru perusahaan mampu meningkatkan produksi dan diversifikasi produk, dan penurunan signifikan dalam belanja modal diharapkan dua tahun ke depan Chandra Asri menghasilkan arus kas cukup besar dan mengalokasikannya untuk menekan utang" kata Brian dalam riset yang dipublikasikan Jumat (8/4/2016).

Dari catatan Bisnis.com, tahun ini Chandra Asri hanya menganggarkan belanja modal sekitar US$20 juta yang berasal dari kas perusahaan untuk keperluan regular maintenance. Berkaca pada tahun lalu belanja modal perseroan mencapai US$380 juta yang digunakan untuk ekspansi kapasitas produksi.

Dalam riset tersebut dikatakan EBITDA Chandra Asri meningkat sekitar 25% pada 2015. Merujuk laporan keuangan perseroan, pada 2015 EBITDA mencapai US$145,72 juta sedangkan tahun sebelumnya sebesar US$117,46 juta.

Moody’s menyebut hal itu didorong margin kas yang kuat dari produk olefin dan poliolefin. Peningkatan itu terjadi meski tingkat utilisasi rendah yang disertai penutupan cracker nafta sementara karena turn around maintenance (TAM) atau pemeliharaan mesin pabrik sejak September hingga awal Desember tahun lalu.

Moody’s memperkirakan margin kas perusahaan bisa saja jatuh tahun ini dari hasil yang sudah dicapai pada 2015 karena kinerja industri petrokimia keseluruhan yang belum bisa bangkit. Akan tetapi, dengan peningkatan kapasitas produksi sekitar 43% di ethylene, propylene, py gas dan mixed C4 bisa kembali mendorong pertumbuhan EBITDA dan arus kas tahun ini.

Sebagai gambaran, saat ini TPIA disokong oleh kapasitas produksi mencapai 860.000 tonnes per annum (tpa) untuk ethylene, 470.000 tpa untuk propylene, 400.000 tpa untuk py gas, 315.000 tpa untuk mixed C4, dua pabrik polyethylene dengan kapasitas produksi gabungan hingga 336.000 tpa, dan 480.000 tpa untuk polypropylene.

Selain itu ada pula pabrik yang dikelola anak usaha PT Styrindo Mono Indonesia (SMI), dengan kapasitas produksi styrene monomer mencapai 340.000 tpa. TPIA pun diperkuat anak usaha PT Petrokimia Butadiene Indonesia (PBI) yang mulai beroperasi pada kuartal terakhir 2013 dengan kapasitas produksi 100.000 tpa butadiene.

Di sisi lain, peringat B1 mencerminkan pula posisi terdepan Chandra Asri di pasar petrokimia Indonesia. Hal ini terlihat dari tingkat utang yang dikelola, profil likuiditas yang baik, dan dukungan operasional serta keuangan dari Siam Cement Group, yang memiliki 30,57% saham Chandra Asri.

Hingga akhir 2015 liabilitas jangka pendek perseroan sebesar US$377,75 juta, turun sekitar 20,95% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$477,91 juta. Adapun liabilitas jangka panjang perseroan pada 2015 tercatat US$975,54 turun sekitar 7,76% dari tahun sebelumnya sebesarUS$1,05 miliar.a

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper