Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rights Issue AALI: Proyeksi Harga Eksekusi Rp13.000 per Lembar

Rencana rights issue oleh PT Astra Agro International Tbk. (AALI) dengan target perolehan dana Rp4 triliun diproyeksi bakal dipatok Rp13.000 per lembar saham.
Widya Wiryawan, President Director PT Astra Agro Lestari Tbk (kanan). /
Widya Wiryawan, President Director PT Astra Agro Lestari Tbk (kanan). /

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana rights issue PT Astra Agro International Tbk. (AALI) dengan target perolehan dana Rp4 triliun diproyeksi bakal dipatok Rp13.000 per lembar saham.

Analis PT DBS Vickers Securities Indonesia Ben Santoso mengatakan pelaku pasar dipastikan bakal menyerap penerbitan saham baru emiten perkebunan milik PT Astra International Tbk. (ASII) tersebut.

Dia memerkirakan harga eksekusi rights issue terdiskon 20%-25% dari penutupan perdagangan sebelum pengumuman, Rabu (24/2/2016), di level Rp16.575 per lembar.

"Secara historis, rights issue mestinya lebih rendah dari harga terakhir mengumumkan rights issue. Kira-kira sekitar 20%-25% di bawah harga itu, itu skenario," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (25/2/2016).

Menurutnya, perkiraan harga rights issue emiten berkode saham AALI tersebut bakal dipatok Rp13.260-Rp12.431 per lembar. Ben memprediksi manajemen AALI tidak akan menerbitkan saham baru sebanyak 450 juta lembar, tetapi jumlah dana yang ditargetkan akan tetap senilai Rp4 triliun.

Tujuan penerbitan saham baru itu, sambungnya, akan dugunakan untuk pembayaran utang dengan nilai sekitar Rp4 triliun. Meski harga eksekusi rights issue belum diumumkan, pelaku pasar dipastikan bakal menebak-nebak harga yang akan ditawarkan manajemen Astra Agro Lestari.

Penutupan perdagangan Kamis (25/2/2016), saham AALI terkoreksi 9,35% sebesar 1.550 poin ke level Rp15.025 per lembar. Padahal, harga saham AALI sempat menyentuh level Rp21.475 per lembar pada 22 Oktober 2015. Sehari berikutnya, saham AALI masih melorot 6,16%.

Kapitalisasi pasar AALI mencapai Rp23,66 triliun. Selama setahun terakhir, saham AALI memberikan return negatif 37,42% dan dengan kerugian investor sebesar 5,21% sepanjang tahun berjalan.

Ben Santoso menilai koreksi saham AALI kemarin lantaran pelaku pasar mencoba menghitung harga offering rights issue per lembar. Padahal, manajemen dapat menentukan harga eksekusi sesuai dengan perhitungan AALI.

"Rights issue AALI kemungkinan masih ada yang minat. Untuk dua tahun, sektor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih akan naik, produksi AALI juga akan naik, tergantung dari cash flows," tuturnya.

Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, secara terpisah mengatakan eksekusi harga rights issue AALI diproyeksi tidak akan lebih rendah dari Rp10.000 per lembar. Prediksinya, harga saham baru yang akan diterbitkan oleh AALI mencapai Rp13.000 per lembar.

"Kemungkinan rasionya tidak 1:1 dengan rasio rights issue harganya lebih mahal dari Rp8.888 per lembar seperti hitungan jumlah saham," tuturnya.

Bagi Grup Astra, sambungnya, rights issue yang dilakukan pasti akan menjadi incaran pelaku pasar. Prospek pasar dan bisnis Grup Astra diyakini masih gemilang, sehingga rights issue yang dilakukan AALI bakal langsung dilahap oleh investor.

Pindarwin Simaremare, Sekjen Asosiasi Analis Pasar Investasi dan Perbankan, menuturkan kinerja AALI yang negatif menjadi faktor dominan penurunan harga saham Grup Astra tersebut.

Dia menjelaskan, lini agribisnis Grup Astra itu memang belum mengumumkan harga acuan untuk rights issue-nya. Pelaku pasar, diperkirakan akan melakukan kalkulasi seiring dengan masih negatifnya pasar modal dan kondisi sektor perkebunan.

"Sentimen yang ada sekarang hampir semua negatif, untuk fundamentalnya agak susah, kecuali kalau AALI bisa menggenjot di volume," paparnya dalam kesempatan berbeda.

Menurutnya, secara wajar, manajemen AALI akan mempertimbangkan kepentingan pemegang saham dalam rights issue, termasuk pemegang saham minoritas. Saat AALI mengincar pendanaan, rights issue dinilai menjadi pilihan tepat lantaran cost of fund yang lebih murah dibandingkan dengan pinjaman bank dan instrumen lainnya.

Kendati demikian, katanya, dana hasil rights issue hendaknya diperuntukkan bagi ekspansi perseroan. Namun, sejauh ini, perseroan hanya mengumumkan rencana penggunaan dana akan digunakan untuk membayar utang.

Jajaran manajemen Astra Agro Lestari hingga kemarin belum memberikan penjelasan terkait rencana rights issue tersebut. Telepon dan pesan singkat yang telah Bisnis sampaikan, belum mendapatkan respons dari AALI.

Manajemen Astra Agro Lestari dalam keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia, Kamis (25/2), mengumumkan akan menerbitkan 450 juta lembar saham baru melalui mekanisme rights issue dengan target perolehan dana Rp4 triliun untuk melunasi utang.

AALI akan menerbitkan saham baru dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Manajemen akan meminta persetujuan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 11 April 2016 untuk aksi rights issue tersebut.

Divisi agribisnis Grup Astra itu akan mendaftarkan aksi rights issue dan menunggu pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Rencana aksi rights issue akan dilakukan dalam waktu 12 bulan sejak diperoleh ijin dari RUPSLB dan pernyataan efektif dari OJK.

Perolehan dana dari aksi rights issue akan digunakan untuk pelunasan kewajiban utang. Astra International (ASII) selaku pemilik 79,68% saham telah bersedia untuk melaksanakan HMETD dan bertindak sebagai pembeli siaga. Jika tidak menambah modal, pemegang saham publik akan terdilusi dari 20,32% menjadi 15,80%.

Dalam laporan keuangan per 31 Desember 2015, pinjaman bank jangka pendek Astra Agro Lestari mencapai Rp700 miliar, lebih rendah 58% dari tahun lalu Rp1,66 triliun. Utang bank jangka pendek yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun mencapai Rp1,32 triliun, melesat 109% dari sebelumnya Rp632 miliar.

Sementara itu, pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian jatuh tempo mencapai Rp5,7 triliun, membengkak 168% dari sebelumnya Rp2,12 triliun. Total liabilitas AALI hingga akhir tahun lalu mencapai Rp9,81 triliun, melompat 45% dari sebelumnya Rp6,72 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper