Bisnis.com, JAKARTA— Kala harga minyak jatuh kembali di bawah US$30 per barel, saham Asia jatuh menuju level terendah sejak tiga tahun kebelakang pada perdagangan Selasa (26/1/2016).
Tercatat, sesuai data Bloomberg, MSCI Asia Pacific Index tergelincir 1,5%. Saham China dan Jepang mengalami kerugian sedangkan Australia dan India tutup di hari liburnya.
Penurunan ini juga dipengaruhi saham Cina yang kembali meluncur serta minyak mentah yang mengalami kerugian. Indeks berjangka Eropa dan AS juga menurun atas kecemasan melambatnya pertumbuhan global.
Shanghai Composite Index ditutup merosot tajam 6,42%, sementara Shenzhen Composite lebih anjlok yakni turun 7,12%. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 2,48% pada hari ini.
Indeks Topix Jepang selesai dengan turun 2,33% dan Nikkei 225 juga turun 1,35%. Sedangkan, Indeks Kospi Korea Selatan turun 1,15%. Indeks NZX 50 Selandia Baru turun 0,54%.
Pukul 15.16 WIB, WTI diperdagangkan di harga US$29,39 per barel dan Brent US$29,51 per barel.
"Investor cenderung melihat penurunan minyak sebagai indikasi langsung dari pertumbuhan global yang lebih lambat dan kelemahan dalam ekonomi pasar emerging," kata Toshihiko Matsuno, Kepala Strategi SMBC Friend Securities Co di Tokyo.
Menurutnya, hal ini membuat suasana keseluruhan buruk. Dampak aksi jual minyak mentah pada inflasi dan pendapatan mengkhawatirkan pedagang, dengan adanya korelasi saham dan harga minyak sejak 2013.