Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham PTBA: Tergerus Sentimen Negatif Komoditas

Pada 2016, PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. menargetkan pertumbuhan produksi 34% menjadi 26 juta ton. Saham PTBA masih layak dilirik mengingat perseroan akan diuntungkan dari proyek pembangkit listrik.
Katalis positif untuk PTBA yakni peningkatan earnings dan pengumuman pemenang pembangkit listrik pada medio Februari 2016.
Katalis positif untuk PTBA yakni peningkatan earnings dan pengumuman pemenang pembangkit listrik pada medio Februari 2016.

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati mampu mencatatkan kinerja cukup meyakinkan hingga kuartal III/2015, harga saham PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. masih terjerembab dihantam isu koreksi harga komoditas dunia.

Emiten berkode saham PTBAini berhasil mengungkit produksi batu bara pada 2015, sebesar 13,9% menjadi 20,7 juta ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/ y-o-y). Produksi batu bara itu terdiri dari produksi sebanyak 19,2 juta ton yang naik 17,1% y-o-y serta pembelian batu bara.

Stefanus Darmagiri, analis PT Danareksa Sekuritas, mengatakan produksi batu bara PTBA di atas ekspektasinya sebanyak 17,9 juta ton untuk 2015. Jumlah itu di bawah target manajemen perseroan sebanyak 20,9 juta ton.

Adapun, volume penjualan batu  bara pada 2015 meningkat 6,7% y-o-y menjadi 19,2 juta ton. Volume penjualan batu bara sesuai ekspektasi Danareksa.

Meski saat ini pasar batu bara tidak digandrungi, PTBA telah berhasil meningkatkan volume penjualan ekspor sebesar 4,3% y-o-y menjadi 8,7 juta ton.

Volume penjualan di pasar domestik naik sebesar 9% y-o-y. Sekitar 53% dari total volume penjualan batu bara dijual ke pasar domestik dan sisanya dijual ke pasar ekspor.

Stefanus mengatakan produksi batu bara yang sedikit di atas ekspektasi dan volume penjualan batu bara yang sesuai dengan menunjukkan bahwa PTBA berhasil menjadi perusahaan tambang batu bara yang menaikkan produksi batu baranya pada 2015.

Pada kuartal IV/2015, PTBA mendulang penurunan volume penjualan batu bara sebesar 9% y-o-y menjadi 4,8 juta ton, di tengah rerata nilai tukar rupiah sebesar Rp13.769 per dolar AS pada kuartal terakhir 2015.

Stefanus memperkirakan dari dua kondisi itu bisa saja terjadi penurunan laba bersih pada kuartal IV/2015 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar Rp710 miliar.

“Namun, disokong oleh kuatnya hasil kinerja pada kuartal III/2015, kami yakin PTBA akan kehilangan pertumbuhan flat pada laba bersihnya sekitar Rp2 triliun untuk 2015. Pada 2014 laba bersihnya mencapai Rp2 triliun,” tulis Stefanus dalam riset yang terbit Rabu (6/1/2016).

Selama sembilan bulan pertama 2015, PTBA mengantongi laba bersih Rp1,5 triliun, merosot 4,86% dari sembilan bulan pertama 2014.

Pada 2016, manajemen perseroan menargetkan pertumbuhan produksi yang kuat, yakni 34% y-o-y menjadi 26 juta ton, dengan volume penjualan batu bara diperkirakan meningkat sebesar 52% y-o-y menjadi 29 juta ton.

Target ini disokong oleh kinerja penuh dari pembangkit listrik berbasis batu bara berkapasitas 2x110 MW yang berlokasi di Banjarsari, serta didukung kapasitas yang cukup untuk menaikkan produksi.

Pertimbangannya, adanya ekspansi Pelabuhan Tarahan dan kapasitas kereta api yang lebih tinggi atas penyelesaian dari double track railway di antara area tambang PTBA ke Prabumulih pada semester II/2015 serta gerbong baru dan lokomotif.

“Namun, target produksi batu bara kami lebih konservatif. Kami memperkirakan produksi batu bara perseroan naik hanya 11% y-o-y menjadi 22 juta ton,” kata Stefanus.

Untuk menopang laba di tengah harga batu bara yang tidak menguntungkan saat ini, PTBA telah melakukan optimalisasi atas sistem tambangnya, termasuk elektrifikasi peralatan tambang.

Perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia sejak 2002 itu memiliki pembangkit listrik menggunakan limbah batu bara.

PTBA juga memperpendek jarak pengangkutan di area tambang dan memprioritaskan penjualan batu bara berkalori tinggi ke pasar ekspor.

Perseroan telah mengoperasikan PLTU Banjarsari sejak Mei 2015 yang setiap tahun menyerap 1,5 juta ton batu bara.

KOREKSI TAJAM

Meskipun hasil kinerja sembilan bulan pertama 2015 lebih baik, harga saham PTBA telah mengalami koreksi tajam, yang kemungkinan disebabkan harga komoditas yang lesu.

Dengan ekspektasi produksi batu bara lebih tinggi ke depan yang akan didukung operasi penuh dari pembangkit listrik serta kecukupan kapasitas, Danareksa mempertahakan rekomendasi "Buy" bagi saham PTBA.

Target harga untuk PTBA yakni Rp7.800 berdasarkan valuasi discounted cash flow (DCF), menunjukkan price-earning 2016 sebesar 11,7 kali. Pada 2015, harga saham sektor batu bara rata-rata jatuh 54%, melampaui penurunan IHSG sebesar 12%.

Lydia J. Toisuta, analis JP Morgan, mencatat sepanjang 2015 saham-saham batu bara di Asean turun paling dalam dibandingkan dengan saham-saham batu bara di Asia Pasifik.

Kondisi ini disebabkan terjadinya pemangkasan produksi dan lebih tingginya komponen biaya dolar AS. “Kami tetap memandang bearish atas prospek batu bara,” tulis Lydia dalam riset yang terbit Senin (11/1).

Saham pilihannya yakni PTBA. Pertimbangannya, PTBA bakal menjadi penerima manfaat utama dari proyek pembangkit listrik serta bertumbuhnya produksi, meski PTBA sudah dikeluarkan dari daftar saham MSCI.

Lydia memperkirakan produksi batu bara Indonesia merosot sebesar 7% pada 2016-2017, setelah turun sebesar 18% pada 2015. Ekspor batu bara ke China dan India diprediksi terus turun pada 2017 dan produsen berskala kecil dengan neraca keuangan yang lemah terus terpinggirkan.

“PTBA adalah satu-satunya perusahaan tambang yang bertumbuh karena basis pelanggannya,” kata Lydia.

Perkiraannya, rerata harga jual batu bara per ton turun sebesar US$3- US$4, menyesuaikan dengan negosiasi terakhir dan referensi harga.
Kemampuan perusahaan tambang batu bara untuk menurunkan biaya akan bergantung pada harga minyak dan negosiasi kontraktor tambang.

Lydia menilai model bisnis PTBA bagus karena produksi terus bertumbuh, porsi volume penjualan domestik tinggi, umur tambang yang panjang, dan neraca keuangan yang solid. Katalis positif untuk PTBA yakni peningkatan earnings dan pengumuman pemenang pembangkit listrik pada medio Februari 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Kamis (21/1/2016)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper