Bisnis.com, JAKARTA - Kelesuan harga komoditas membuat kurs negara eksportir komoditas tertekan. Rupiah kembali terkoreksi bersama mayoritas mata uang Asia.
Data Bloomberg menunjukkan rupiah ditutup melemah 48 poin atau 0,35% ke Rp13.910 per dolar AS di pasar spot.
Rupiah berakhir melemah setelah berfluktuasi tajam atara penguatan 49 poin ke Rp13.813 per dolar AS dan pelemahan hingga 72 poin ke Rp13.934 per dolar AS.
Harga komoditas yang terus merosot memberikan tekanan terhadap kurs negara-negara berkembang, terutama yang mengandalkan ekspor komoditas unggulan. Depresiasi juga terjadi pada real Brazil yang merosot 0,71% dan ringgit yang jatuh 0,65%.
Kontrak minyak hari ini sempat diperdagangkan di level US$30/barel dan bergerak melemah 1,36% ke harga US$31,12/barel pada pukul 16.25 WIB. Adapun harga CPO melemah 0,58% ke harga 2.384 ringgit per ton pada pukul 16.21 WIB.
“Neraca perdagangan Desember 2015 juga ditunggu, diperkirakan melebar defisitnya,” kata Rangga Cipta, ekonom dari Samuel Sekuritas.
Namun, pelemahan rupiah tidak mengurangi minat investor di pasar obligasi. Pemerintah hari ini menyerap dana Rp4 triliun dari penawaran sekitar Rp7,94 triliun yang masuk dalam lelang sukuk negara.
SUN bertenor 10 tahun bergerak menguat 0,59% ke level 98,110 di pasar sekunder pada pukul 16.16 WIB dan mengalami penurunan yield 9 basis poin ke level 8,647%.
Bank Indonesia menetapkan kurs tengah di Rp13.835 per dolar AS, menguat 100 dari kurs tengah yang ditetapkan kemarin.
Pergerakan Rupiah di Bloomberg Dollar Index
Tanggal | Level (Rp/US$) | Perubahan (%) |
12/1/2016 | 13.910 | -0,35% |
11/1/2016 | 13.862 | +0,44% |
8/1/2016 | 13.874 | +0,52% |
7/1/2016 | 13.927 | +0,11% |
6/1/2016 | 13.943 | -0,37% |
Sumber: Bloomberg