Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Pasar Asia Perpanjang Kerugian

Harga minyak memperpanjang kerugian di perdagangan Asia, Kamis, setelah meningkatnya persediaan AS memperkuat kekhawatiran kelebihan pasokan global berkepanjangan, sementara dolar menguat setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya.
Harga minyak mentah di perdagangan Asia kembali terpukul./JIBI
Harga minyak mentah di perdagangan Asia kembali terpukul./JIBI

Bisnis.com, SINGAPURA --  Harga minyak memperpanjang kerugian di perdagangan Asia, Kamis (17/12/2015), setelah meningkatnya persediaan AS memperkuat kekhawatiran kelebihan pasokan global berkepanjangan, sementara dolar menguat setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya.

Komoditas mengalami tekanan jual baru pada Rabu, setelah laporan dari Departemen Energi AS menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah negara itu naik 4,8 juta barel dalam pekan yang berakhir 11 Desember.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, jatuh ke US$35,52  per barel di New York Mercantile Exchange, harga penutupan terendah sejak Februari 2009.

Setelah sempat pulih di awal perdagangan Asia pada Kamis, jatuh lagi dan diperdagangkan delapan sen lebih rendah menjadi US$35,44  per barel pada pukul 07.00 GMT.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk Februari, kontrak baru, turun 15 sen menjadi diperdagangkan US$37,24  per barel.

Harga telah jatuh sejak 4 Desember, ketika kelompok eksportir minyak OPEC menolak untuk menetapkan batas produksi meskipun kelebihan pasokan, permintaan lesu dan pelambatan ekonomi global.

"Produksi minyak mentah AS tidak menunjukkan tanda-tanda goyah meskipun harga minyak mentah rendah. Kami terus menunggu dengan sabar untuk produksi menurun. Namun, itu memakan waktu lama yang menyakitkan," Daniel Ang, seorang analis investasi pada Phillip Futures di Singapura mengatakan tentang angka stok AS.

Keputusan The Fed yang secara luas diperkirakan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2006, juga menekan, karena dolar menguat terhadap sebagian besar rivalnya, membuat minyak lebih mahal untuk pelanggan yang menggunakan mata uang lemah.

"Kami berpikir bahwa dengan kenaikan suku bunga yang sangat diantisipasi, pasar telah menghargakan ini," kata Ang.

Namun, bos bank sentral AS Janet Yellen mengatakan dia telah dikejutkan oleh "pergerakan turun lebih lanjut dalam harga minyak" dan memperkirakan mereka akan menjadi stabil sebelum merayap naik.

Para analis mengatakan ada beberapa dukungan harga setelah anggota parlemen AS sepakat untuk meloloskan RUU pencabutan larangan ekspor minyak selama empat dekade sebagai bagian dari perombakan besar-besaran pengeluaran pemerintah.

Ekspor minyak mentah dilarang pada 1975 karena harga meroket setelah embargo minyak Arab.

"Sebuah pencabutan larangan ekspor bisa mempersempit kesenjangan (spread) antara WTI dan Brent, dengan menyediakan pasar internasional sebuah pengganti untuk minyak dari wilayah pemasok utama saat ini," kata Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia-Pasifik pada organisasi jasa profesional EY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/AFP

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper