Bisnis.com, JAKARTA -- Harga kakao diprediksi mencatatkan penguatan tahunan signifikan pada tahun ini setelah pasokan berpotensi defisit terhadap permintaan.
Secara year to date (YTD), harga kakao telah melonjak sebesar 15,56%. Sampai perdagangan hari ini pada pukul 09:15 WIB, harga kakao di Intercontinental Exchange (ICE) naik 1,05% menjadi US$3.363 per ton.
Tren harga kakao itu bisa berbanding terbalik dengan posisi indeks Bloomberg Commodity yang merepresentasikan 22 harga komoditas global. Secara ytd, indeks itu sudah anjlok sebesar 20,98%, sampai perdaangan hari ini Indeks Komoditas Bloomberg kembali koreksi 0,53% menjadi 82,43.
Dennis Melka, Direktur Utama United Cacao Ltd., mengatakan secara umum harga komoditas kembali melemah seperti tren pada 15 tahun lalu. Hingga tren lonjakan harga komoditas yang klimaksnya bisa dibilang pada 2008.
"Tetapi, siklus atau tren harga komoditas yang sedang melemah saat ini tidak mempengaruhi harga kakao. Harga komoditas pertanian itu tetap perkasa," ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Senin (16/11/2015).
Defisit pasokan terhadap permintaan disebut menjadi salah satu pendukung harga kakao saat ini. The International Cocao Organization memperkirakan defisit pasokan sampai akhir musim ini sebesar 15.000 ton.
United Cocao pun berencana meningkatkan produksi hingga sebesar 10.000 ton per tahun sampai musim 2021-2022. Adapun, KKO International SA berencana mencatatkan produksi sebesar 15.000 ton pada 2022.