Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia diperkirakan masih berfluktuasi di kisaran US$43-50 per barel pada pekan depan dipicu oleh spekulasi kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini.
Dedi Yusuf Siregar, Analis PT Fortis Futures mengatakan harga minyak cenderung masih bergerak bearish hingga akhir tahun dipicu spekulasi kenaikan suku bunga dan pasokan global yang melimpah.
“Masih akan konsolidasi pekan depan, sampai akhir tahun masih bearish untuk minyak dan emas,” katanya, kepada Bisnis (26/9/2015).
Pada penutupan Jumat (Sabtu pagi WIB), Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman November, bertambah 79 sen menjadi berakhir di US$45,70 per barel, dibantu sentimen rilis data PDB kuartal II/2015.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, naik 43 sen menjadi menetap pada US$48,60 per barel di perdagangan London. Adapun, harga minyak berfluktuasi selama seminggu tetapi berakhir sekitar US$1 lebih tinggi dari tingkat sebelumnya untuk setiap kontrak.
Dedi mengatakan momentum kenaikan suku bunga The Fed seharusnya dilakukan pada bulan Oktober, bukannya akhir tahun seperti yang banyak orang perkirakan saat ini.
“Mengingat bulan trsebut masyarakat AS cenderung spending menjelang natal dan tahun baru. Tapi, apapun atau kapanpun The Fed menaikkan suku bunga,pasar sudah siap,” ujarnya.