Bisnis.com, JAKARTA—IHSG memasuki tren bearish setelah ditutup anjlok 2,39% atau turun 105,96 poin ke level 4.335,95 pada perdagangan hari ini.
Kondisi bear market di Bursa Efek Indonesia ditandai oleh IHSG yang telah merosot 21,5% sejak mencapai puncak di level 5.523,29 pada 7 April 2015.
Sebelumnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) jatuh 2,05% atau merosot 91,16 poin ke level 4.350,75 pada jeda siang, Jumat (21/8/2015).
IHSG dibuka melemah 40,24 poin atau 0,91% ke 4.401,67.
IHSG memasuki tren bearish setelah ditutup anjlok 2,39% atau turun 105,96 poin ke level 4.335,95 pada perdagangan hari ini.
Kondisi bear market di Bursa Efek Indonesia ditandai oleh IHSG yang telah merosot 21,5% sejak mencapai puncak di level 5.523,29 pada 7 April 2015.
Eskalasi ketegangan di perbatasan Korea Utara-Korea Selatan dan penurunan kinerja manufaktur China membuat indeks KOSPI merosot ke level paling rendah dalam 2 tahun pada Jumat (21/8).
Indeks KOSPI ditutup anjlok 2,01% ke level 1.876,07 setelah terus bergerak di zona merah antara level 1.856,91–1.886,49. Kospi menyentuh level terendah sejak Februari 2013.
IHSG masih menerima tekanan berat pada awal perdagangan sesi II. Indeks merosot 2,18% atau turun 96,65 poin ke level 4.345,26 pada pukul 14:11 WIB.
Indeks utama Asia juga mengalami tekanan hebat. Indeks Nikkei 225 ditutup anjlok 2,98%, indeks KOSPI berakhir jatuh 2,01%, sedangkan Hang Seng melemah 1,92% pada pukul 14.12 WIB.
William Surya WIjaya, Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities, mengungkapkan aksi jual asing menipis. Nilai aksi jual asing senilai Rp222,26 miliar pada sesi I Jumat jauh lebih kecil dibandingkan penjualan bersih Rp2,39 triliun pada sesi I Kamis.
Indeks bursa Jepang terpuruk pada Jumat (21/8/2015) tertekan oleh kecemasan atas perlambatan ekonomi global.
Indeks Nikkei 225 ditutup anjlok 2,98% ke level 19.435,83, sedangkan Tokyo Stock Price Index (TOPIX) jatuh 3,13% ke level 1.573,01.
IHSG jatuh 2,05% atau merosot 91,16 poin ke level 4.350,75 pada jeda siang
IHSG telah jatuh 2,02% atau turun 89,86 poin ke level 4.352,05 pada pukul 10:53 WIB.
Pada sekitar pukul 10:30 WIB, indeks acuan lain di Asia Tenggara juga melemah.
Indeks KLCI Malaysia melemah tipis 0,09%, indeks VN Vietnam anjlok 2,73%, sedangkan indeks STI Singapura anjlok 1,95%.
“Kalau kita lihat imbas dari eksternal. Dow jones turun 2%. Rupiah tembus 14.000. Dua itu,” kata Analis Riset Panin Sekuritas Purwoko Sartono saat dihubungi hari ini, Jumat (21/8/2015).
IHSG pada perdagangan hari ini, Jumat (21/8/2015) dibuka melemah 40,24 poin atau 0,91% ke 4.401,67.
Pada pk. 09:03 WIB, IHSG anjlok 1,39% ke 4.380,16 .
Bagaimana pergerakan IHSG selanjutnya? Ikuti lajunya secara live hingga penutupan.
Bursa Amerika Serikat anjlok setelah pasar makin khawatir terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Indeks Standard & Poor 500 tercatat anjlok terbesar sejak Februari 2015.
Indeks The S & P 500 pada penutupan perdagangan Kamis waku New York atau Jumat pagi WIB tergelincir 43,88 poin atau 2,11% ke 2.035,73.
Indeks utama lainnya juga jatuh. Dow Jones Industrial Average kehilangan 358,04 poin atau 2,06% ke 16.990,69, level terendah sejak Oktober.
“Tidak banyak berubah dari sehari sebelumya, laju IHSG masih melanjutkan pelemahannya. Awan negatif pun belum beranjak dan masih mewarnai laju IHSG yang masih tetap berada di zona merah. Belum adanya sentimen positif yang dijadikan pegangan pelaku pasar, membuat laju IHSG kian terbenam di zona merah. Apalagi pelaku pasar masih melakukan aksi jual, bahkan meningkatkan penjualannya. Saham yang sebelumnya menguat kembali tertekan dan berganti dengan saham lainnya untuk mendapatkan peluang gain. Masih melemahnya laju bursa saham global yang diikuti pergerakan rupiah yang tak kunjung positif menambah derita IHSG, sehingga rilis berita positif dari beberapa kinerja emiten tidak diindahkan pelaku pasar. Asing kembali melanjutkan aksi jualnya yang lebih tinggi dan laju rupiah kembali melemah sehingga melemahkan IHSG. Transaksi asing kembali nett sell. Dari net sell Rp438,49 miliar menjadi net sell Rp2,57 triliun,” kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada dalam risetnya.