Bisnis.com, JAKARTA— IHSG menembus rekor terendah 2015, ditutup melemah 0,94% atau turun 42,33 poin ke level 4.441,91
Saat jeda siang, indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah merosot ke level terendah sejak 7 Februari 2014.
Indeks mengakhiri sesi I dengan pelemahan 0,77% atau 34,67 poin ke level 4.449,58
IHSG pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (20/8/2015) melemah 13,69 poin atau 0,31% ke 4.470,55.
IHSG menembus rekor terendah 2015, ditutup melemah 0,94% atau turun 42,33 poin ke level 4.441,91
IHSG turun semakin tajam di awal sesi II, merosot 1,01% atau melemah 45,18 poin ke level 4.439,06.
Sentimen global yang menekan pergerakan saham di emerging markets juga berpengaruh besar pada IHSG.
William Surya Wijaya, Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities, mengungkapkan penjualan bersih pemodal luar negeri pada sesi I telah melampaui Rp2,39 triliun.
Sektor pertanian merosot paling tajam di saat indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah pada jeda siang Kamis (20/8/2015), tertekan oleh kelesuan harga minyak dan isu politik domestik.
IHSG merosot 0,77% atau 34,07 poin ke level 4.449,58 pada akhir sesi I, level paling rendah sejak 7 Februari 2014.
Indeks terus bergerak di zona merah antara level 4.427,87—4.473,08 sejak dibuka melemah 0,31% ke level 4.470,55.
Muhammad Wafi, Analis Teknikal dari Bahana Sekuritas, mengatakan IHSG tertekan oleh faktor eksternal dan domestik.
Sentimen negatif dari luar negeri muncul dari kelesuan harga komoditas, ketidakpastian waktu normalisasi kebijakan moneter The Fed, dan dampak El Nino.
“Pelaku pasar memilih menunggu sampai Fed Rate dinaikkan. Harga komoditas turun (dan) membuat emiten berbasis komoditas mengalami penurunan,” kata Wafi kepada bisnis.com.
Adapun isu politik domestik membuat pasar meragukan efektivitas program pemerintah, terutama isu perseteruan di dalam kabinet Presiden Jokowi.
“Ketika isu politik kurang bagus membuat investor menjadi ragu apakah program pemerintah bisa berjalan atau tidak,” kata Wafi.
Indeks sektor agribisnis merosot paling tajam sebesar 1,63% pada jeda siang, ketika seluruh 9 indeks sektoral bergerak di zona merah.
Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memimpin pelemahan sektor pertanian setelah perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut merosot 4,16%.
Dari 518 saham yang diperdagangkan di BEI, sebanyak 57 saham menguat, 184 saham melemah, dan 277 saham staganan.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang turun 2,36% dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang turun 1,01% memimpin pelemahan IHSG.
Saham yang masih bertahan menguat antara lain adalah PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar 3,09% dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang naik 0,68%.
Indeks Bisnis27 melemah 0,81% ke level 370,03 pada jeda siang setelah terus tertekan pada kisaran 366,64—371,74 pada sesi I.
IHSG merosot ke level terendah sejak 7 Februari 2014 di jeda siang. Indeks mengakhiri sesi I dengan pelemahan 0,77% atau 34,67 poin ke level 4.449,58
IHSG telah merosot menembus level terendah 19 bulan pada pukul 10:44 WIB, tergelincir 1,15% atau turun 51,49 poin ke level 4.432,75 pada pukul 10.44 WIB.
Seluruh indeks acuan bursa Asia Tenggara melemah ketika bursa global tertekan oleh sentimen negatif dari kelesuan harga minyak.
Indeks STI Singapura anjlok 1,1%, diikuti oleh indeks KLCI yang merosot 0,69% dan indeks SET Thailand yang melemah 0,44%.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (20/8/2015) melemah 13,69 poin atau0,31% ke 4.470,55.
Bursa Amerika Serikat anjlok, setelah investor kembali fokus pada kondisi ekonomi China dan global setelah spekulasi kenaikan Fed Rate dalam waktu dekat pupusl.
Apagi rilis catatan bank sentral AS Federal Reserve menunjukkan masih mengamati kondisi ekonomi sebelum menaikkan suku bunganya. Hal ini mengurangi spekulasi Fed Rate segera dinaikkan.
Investor kemudian mengalihkan perhatian ke China, setelah negara itu memberi kejutan ke pasar dengan melakukan devaluasi yuan yang mengancam perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Indeks The Standard & Poor 500 turun 0,83% atau 17,31 poin ke 2.079.61 pada penutupan perdagangan Rabu waktu New York atau Kamis pagi WIB.
Dow Jones Industrial Average kehilangan 162,61 poin atau 0,93% ke 17.348,73.
“Awan negatif masih mewarnai laju IHSG dimana masih tetap berada di zona merah. Aksi jual pun masih terjadi meski tidak sederas sehari sebelumnya. Belum adanya sentimen positif yang dapat dijadikan pegangan para investor membuat mereka lebih memilih untuk keluar pasar. Apalagi laju bursa saham regional dan global masih kembali melanjutkan pelemahannya sehingga mengurangi mood pelaku pasar untuk masuk dan bertahan. Di sisi lain, banyak pelaku pasar menyampaikan kepada kami bawah kemungkinan pelemahan yang terjadi ada hubungannya dengan kondisi politik saat ini. Kami pun juga mengamini bahwa penurunan IHSG selain dari pengaruh penurunan bursa saham global juga dipengaruhi belum adanya sentimen positif dari dalam negeri dan diperparah dengan komentar dari salah satu menteri yang membuat kegaduhan politik. Tentu saja kondisi ini menambah sentimen dan persepsi negatif dari pelaku pasar dan menutup adanya berita positif. Sebelumnya kami sampaikan, Open gap di level 4.572—4.619 masih terbuka, namun peluang untuk mendekati level tersebut masih tipis. Belum adanya sentimen positif dapat memicu pelaku pasar kembali melancarkan aksi jual. BoW pun belum dapat kami sarankan jika tren masih bergerak melemah dan volume jual masih cukup besar. Diharapkan aksi jual dapat mereda untuk menahan pelemahan IHSG lebih lanjut. Meski demikian, tetap mewaspadai serta cermati sentimen yang akan muncul. Transaksi asing kembali nett sell. Dari net sell Rp513,76 miliar menjadi net sell Rp438,49 miliar,” kata Kepala Riset NHKSI Reza Priyambada dalam risetnya.