Bisnis.com, JAKARTA--PT Gapura Layar Prima Tbk. (BLTZ), pengelola bioskop Blitz Megaplex mengubah nama merek menjadi CGV Blitz, setelah perusahaan asal Korea Selatan (Korsel), Cheil Jedang Cheil Golden Village (CJ CGV) menjadi pemegang saham perseroan.
Ferdiana Yulia Sunardi, Direktur Graha Layar Prima, mengatakan perubahan nama merek tersebut dilakukan mulai 6 Agustus 2015.
"Perubahan nama brand bioskop kami dari sebelumnya Blitz Megaplex menjadi CGV Blitz," tulisnya dalam keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia, Senin (10/8/2015).
Masuknya CJ CGV telah ramai menjadi perbincangan sejak April 2013 silam. Saat itu, manajemen Blitz membantah melakukan penjualan saham bioskop yang masih termasuk ke dalam daftar negatif investasi (DNI).
Awalnya, Qinoscope Investments Ltd. pada 7 Januari 2013 mengalihkan seluruh hak dan kewajibannya sebagai lender perseroan untuk pinjaman Tranche A sebesar US$30,5 juta kepada CJ CGV Co. Ltd. dan IKT Holdings Limited., masing-masing sebesar US$15,25 juta dan US$15,25 juta.
Setelah penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), pada 10 April 2014, CJ CGV Co. Ltd., dan IKT Holdings Limited. mengkonversi pinjaman masing-masing Rp149,45 miliar menjadi saham biasa masing-masing 49,81 juta lembar.
Untuk itu, per 31 Maret 2015, kepemilikan saham emiten berkode BLTZ terdiri dari PT Layar Persada (48,24%), CJ CGV CO. Ltd. (14,75%), IKT Holdings Limited (14,75%), PT Pangea Adi Benua (0,16%), PT Catur Kusuma Abadi Jaya (0,05%), dan publik (22,03%).
CJ CGV merupakan perusahaan jaringan bioskop asal Korea Selatan dengan cabang di China, Vietnam, dan Amerika Serikat. CGV memiliki arti cultural, great, and vital.
Pada tahun ini, manajemen CGV Blitz berencana untuk membuka delapan bioskop baru di Pulau Jawa. Rencananya, lokasi pembukaan bioskop bakal dilakukan di Bogor, Bandung, Jakarta, Karawang, Surabaya, dan Yogyakarta.
Johan Yudha Santosa, Direktur Graha Layar Prima, belum lama ini memperkirakan kebutuhan investasi untuk membangun delapan bioskop itu sekitar Rp240 miliar, dengan asumsi pembanguan tiap bioskop butuh Rp30 miliar.
“Kami akan gunakan sisa dana IPO sebesar Rp183 miliar, sisa kebutuhan kami ambil dari pola kerja sama,” katanya.
Bila rencana ekspansi tersebut terealisasi, maka perseroan bakal memiliki 150 layar di 20 lokasi. Jumlah layar di tiap lokasi berbeda, rerata tujuh layar. Adapun, jumlah kursi per akhir 2014 sebanyak 17.686.
Sebelumnya, pada akhir Desember 2014, Johan menargetkan perseroan mengincar pendapatan pada 2015 sebesar Rp532,33 miliar atau naik 33,33% dari target pendapatan 2014 sebesar Rp400,26 miliar. Realisasinya, pada 2014 BLTZ mendulang pendapatan Rp332,58 miliar dan rugi bersih Rp31,75 miliar.
Selama kuartal I/2015, BLTZ mengantongi pendapatan Rp69,46 miliar, naik 20,95% dari kuartal I/2014. Bottom line membaik ditandai dengan rugi bersih pada Januari-Maret 2015 sebesar Rp12,17 miliar, sedangkan pada periode sama tahun lalu Rp18,1 miliar.