Bisnis.com, SINGAPURA – Kebijakan pemerintah China untuk mempertahankan produksi bijih besi diprediksi hanya akan menambah tekanan untuk harga komoditas tersebut. Lalu, pemotongan pajak untuk perusahaan tambang bijih besi diperkirakan semakin akan menenggelamkan harga lebih dalam lagi.
Fitch Ratings Ltd., menuliskan dalam laporannya bahwa kebijakan pemotongan pajak untuk perusahaan tambang bijih besi di China diperkirakan hanya sedikit memberikan nafas. Pasalnya, biaya operasional tambang bijih besi di China lebih mahal dibandingkan dengan negara lain.
“Pemotongan pajak tidak akan berarti apa-apa, harga bijih besi masih akan jatuh dan perusahaan tambang di China tetap akan kalah bersaing,” tulis Fitch dalam laporan yang dikutip Bloomberg pada Jumat (10/4/2015).
Tambang bijih besi berbiaya rendah yang dimiliki BHP Billiton Ltd. dan Rio Tinto Group membuat harga komoditas logam industri itu jatuh ke level di bawah US$50 sejak pekan lalu.
Fitch juga menuliskan harga bijih besi benar-benar kehilangan dukungan setelah pemerintah China tetap mempertahankan produksi.
“Tapi, kami memproyeksikan permintaan baja dari China akan bergerak tumbuh ke level tertinggi dalam satu dekade,” tulisnya.
Pada perdagangan terakhir yaitu Kamis (9/4), harga bijih besi kadar 62% di Qindao naik 0,6% menjadi US$48,34 per ton. Sebelumnya, pada 2 April kemarin harga bijih besi jatuh ke level terendah sejak 2005 setelah berada di level US$47,08 per ton.