Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan analis optimistis tahun ini indeks saham komposit di Bursa Efek Indonesia (IHSG) akan menembus level baru: 6000.
Lantas apa saja yang selayaknya dilakukan atau "halal" dan dihindari atau "haram" oleh para investor saham?
Menurut Analis PT AM Capital Securities Viviet S. Putri mengatakan secara fundamental IHSG diprediksi masih terus menguat. Bahkan, dia memerkirakan IHSG akan menyentuh level 6.000 sepanjang tahun ini.
Pengaruh terbesar terhadap IHSG terutama dari faktor ekonomi global yang diperkirakan melemah di hampir semua negara, termasuk Indonesia. Bank Dunia bahkan telah menurunkan prediksi pertumbuhan Indonesia, termasuk China dan Amerika Serikat.
"Indeks akan tumbuh tetapi tidak sefantastis seperti tahun lalu karena ada ketakutan penarikan dana. Ekonomi dunia sedang rebalancing," ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (3/2/2015).
Harga minyak dunia diproyeksi juga akan terus dibiarkan oleh AS dan Arab Saudi. Dia menuding kondisi penurunan harga minyak itu memang disengaja oleh AS untuk menekan ekonomi Rusia. Kondisi demikian, membuat harga komoditas menjadi kian tertekan.
Dari internal, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi akan positif yang didorong oleh konsumsi domestik. Namun, situasi politik dapat berpengaruh besar terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi Tanah Air.
"Ekonomi sudah berjalan dengan baik, karena komposisi cadangan devisa terjaga, inflasi terjaga, ditambah dengan shifting dari penurunan subsidi, sehingga dari sisi ekonomi sangat terjaga," paparnya.
REKOMENDASI: Saham yang diperkirakan masih menjadi pilihan tahun ini adalah sektor infrastruktur dan perbankan.
Rencana pemerintah dalam penggunaan dana subsidi untuk menggenjot infrastruktur dinilai menjadi katalis positif bagi emiten konstruksi.
Begitu pula dengan saham perbankan, dia menilai emiten perbankan masih akan membukukan kinerja positif dengan meraup marjin bunga yang tinggi. Akan tetapi, imbauan pemerintah agar perbankan menurunkan suku bunga dinilai dapat melemahkan kinerja emiten ini.
Saham yang perlu dihindari: sektor komoditas. Saham komoditas diperkirakan masih akan terpukul hingga akhir tahun ini. Namun, ada harapan dari saham perusahaan produsen nikel akibat adanya peningkatan harga setelah pasokan dari Filiphina berkurang.
Menurut Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada, menilai IHSG akan bergerak hingga paling optimis pada level 6.000 sepanjang tahun ini. Namun, dia menargetkan level paling moderat pada angka 5.600-5.700.
Pada awal tahun ini, indeks memang terus menguat hingga menyentuh rekor baru di level 5.300. Hal itu didorong oleh periode laporan keuangan emiten yang kemudian akan konsolidasi setelah masa rilis kinerja berakhir.
"Ada 3 skenario dari kami, yang paling optimistis IHSG sampai 6.000, belum ada revisi," katanya.
Sentimen terhadap IHSG masih cukup besar dari faktor eksternal. Di antaranya, dari The Fed, perlambatan ekonomi China, pemulihan ekonomi Eropa dan AS, serta pengalihan dana besar-besaran ke AS maupun Eropa.
Sementara dari internal, sentimen terbesar justru datang dari perpolitikan Tanah Air. Politik di Indonesia berhubungan dengan kebijakan ekonomi, sehingga dinilai sangat berpengaruh terhadap IHSG.
Reza masih optimistis, kinerja pemerintah akan lebih baik pada tahun ini. Khususnya terkait pengalihan dana subsidi BBM yang cukup besar untuk merealisasikan program di sektor infrastruktur.
"PR terbesar sebenarnya bagaimana pemerintah bisa merealisasikan program-program mereka saat kampanye," jelasnya.
REKOMENDASI: Pilih saham infrastruktur, properti, perbankan.
Menurut Reza, pertumbuhan sektor infrastruktur yang diperkiakan akan tinggi pada tahun ini, membuat saham-saham di sektor tersebut diprediksi bakal moncer. Sektor properti dan perbankan juga masih akan menjadi pilihan pelaku pasar pada tahun ini.
Saham yang perlu dihindari: Saham -saham sektor energi, minyak dan gas, serta komoditas.
Menurut Reza, saham-saham itu justru akan melemah. Hal itu terjdi seiring pelemahan harga minyak dunia yang berdampak pada pelemahan harga komoditas dunia.
Adapun nilai tukar rupiah diperkirakan paling pesimistis dapat menyentuh level Rp13.000 hingga akhir 2015. Sedangkan kondisi paling optimistis diperkirakan rupiah akan bergerak pada Rp12.400-12.600.