Bisnis.com,JAKARTA— Emiten konstruksi dinilai memiliki peluang kenaikan kinerja usaha seiring pemerintah terus mendorong perkembangan sektor infrastruktur.
Tim Riset Daewoo Securities Indonesia mengatakan pada 2014 sejumlah proyek konstruksi harus tertunda karena adanya ketidakpastian situasi politik. Hal ini berdampak kepada kinerja usaha yakni pendapatan yang tidak sesuai ekspektasi.
Namun, seiring telah meredanya kekhawatiran dan ketidakpastian tersebut, komitmen pemerintah untuk membangun infrastruktur di Indonesia terlihat cukup kuat.
“Pembangunan infrastruktur kemungkinan akan pertanda baik bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Mengingat hal ini akan menarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia,” paparnya dalam riset yang diterima Bisnis, Selasa (20/1/2015).
Dia juga menilai peluang ini seharusnya bisa dimanfaatkan oleh BUMN konstruksi dalam menangkap prospek dan mendapatkan keuntungan laba dan pertumbuhan kinerja usaha.
Dari empat BUMN konstruksi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yakni PT Adhi Karya Tbk. (ADHI) , PT PP Tbk. (PTPP), PT Waskita Karya Tbk. (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk.(WIKA), Daewoo menilai ADHI merupakan saham yang paling menarik dari sisi valuasi.
Dia menyebutkan ADHI diperdangkan dengan rasio harga terhadap laba per saham (price to earning ratio/PER) 2015 terendah yakni 16,8 kali dibandingkan dengan emiten sejenisnya.
Sementara itu, tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) 2015 diprediksi menempati urutan kedua setelah PTPP.
“Karena itulah kami memilih ADHI dibandingkan dengan BUMN konstruksi lainnya. Adhi Karya juga tidak hanya penyedia jasa konstruksi tetapi juga listrik dan properti,” tuturnya.