Bisnis.com, JAKARTA—Persaingan di produk reksa dana berbasis saham akan semakin ramai seiring rencana PT Quant Kapital Investama yang akan merilis produknya pada awal Desember tahun ini.
VP Investment PT Quant Kapital Investama Hans Kwee mengatakan pihaknya sudah mengantongi izin untuk meluncurkan produk perdananya tersebut pada pekan lalu.
Saat ini, manajer investasi yang resmi memperoleh izin usaha pada 25 Juni 2014 tersebut tengah melakukan persiapan untuk memperkenalkan produknya kepada publik.
“Kami lagi beres-beres dulu. Cetak brosur dan opening account. Mungkin masa penawaran awal akan membutuhkan waktu 2 minggu,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (24/11/2014).
Hans menjelaskan, produk reksadana yang diberi nama Quant Investa Saham ini 80% akan ditempatkan di instrumen saham.
Beberapa sektor yang menjadi incaran antara lain emiten konstruksi, infrastruktur, dan konsumen. Sampai kuartal I/2015, perusahaan menargetkan bisa mengumpulkan dana kelolaan hingga Rp30 miliar. sampai akhir 2015, Hans berharap bisa membukukan dana kelolaan hingga Rp200 miliar.
Dia menjelaskan, kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) memang akan mempengaruhi kinerja emiten. Namun beberapa perusahaan diprediksi mampu membukukan kinerja gemilang di tengah ancaman inflasi.
Di sektor konstruksi misalnya, Hans akan mengincar saham PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) dan anak usahanya PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON), PT PP Tbk. (PTPP), dan PT Adhi Karya Tbk. (ADHI).
Sementara itu, di sektor infrastruktur ada saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM), PT Jasa Marga Tbk. (JSMR), dan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS).
Di sisi lain, sektor konsumen yang dianggap menarik antara lain saham milik PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA), dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Hans juga optimistis prospek reksa dana berbasis saham akan semakin cerah, meskipun pertumbuhan ekonomis Indonesia diperkirakan akan melambat.
Ancaman inflasi akibat penaikan harga BBM memang akan memukul industri. Namun, jika pemerintah bisa merealisasikan janjinya untuk mengalihkan anggran subsidi ke sektor produktif,hal tersebut akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.