Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Di Perdagangan Asia Rebound

Harga minyak dunia sedikit rebound di perdagangan Asia, Rabu (15/10/2014), didorong aksi beli murah setelah penurunan tajam hingga mencapai posisi terendah multi-tahun karena tingginya pasokan dan permintaan global yang lemah, kata para analis.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, SINGAPURA -  Harga minyak dunia sedikit "rebound" di perdagangan Asia, Rabu (15/10/2014), didorong aksi beli murah setelah penurunan tajam hingga mencapai posisi terendah multi-tahun karena tingginya pasokan dan permintaan global yang lemah, kata para analis.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, naik 20 sen menjadi US$82,04  per barel di perdagangan sore dan minyak mentah Brent untuk November bertambah 31 sen menjadi US$85,35.

bbm-naik-grafik.jpg
bbm-naik-grafik.jpg
WTI masih mendekam di posisi terendah dua tahun setelah jatuh 4,5%  di perdagangan New York pada Selasa, karena Badan Energi Internasional (IEA) memangkas perkiraan permintaan minyak mengingat perlambatan pertumbuhan ekonomi di Asia dan Eropa.

Brent pada Selasa jatuh 4,3%  ke tingkat yang tidak terlihat sejak 2010.

Badan Energi Internasional mengatakan mereka memperkirakan permintaan meningkat dengan hanya 700.000 barel per hari menjadi 92,4 juta barel per hari tahun ini, 200.000 lebih sedikit dari perkiraan pertumbuhan sebelumnya.

Pengamat pasar menyalahkan kemerosotan dalam permintaan karena pertumbuhan yang lemah di Tiongkok, konsumen energi terbesar di dunia, dan zona euro, yang beberapa analis telah memperingatkan bisa terjerumus kembali ke dalam resesi.

Menambah "rasa sakit" adalah kelebihan pasokan emas hitam akibat produksi gas serpih yang kuat di AS dan kembalinya minyak Libya ke pasar setelah fasilitas produksinya yang ditutup karena kerusuhan sipil kembali beroperasi.

Anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga mempertahankan tingkat produksi mereka, sementara memotong harga untuk mendapatkan pangsa pasar, kata para analis.

"Pada titik tertentu, penurunan harga minyak akan menjadi positif untuk bisnis tetapi 'headwinds' global yang meliputi wabah Ebola dan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan di Tiongkok dan Eropa, telah di atas angin saat ini," kata Desmond Chua, analis pasar di CMC Markets di Singapura.

DBS Bank Singapura menunjukkan kekhawatiran atas pertumbuhan lemah dalam ekonomi inti Eropa, Prancis, Jerman dan Italia. "Kami tidak berbicara tentang Portugal dan Yunani lagi. Ini adalah negara-negara besar yang menyusut," katanya, menambahkan bahwa "zona euro di puncak resesi ketiganya dalam lima tahun". *Bloomberg/Antara/AFP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper