Bisnis.com, JAKARTA- Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) mengemukakan dari hasil pekan lalu, pemerintah memenangkan surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara sebesar Rp1,5 miliar.
“Dalam lelang tersebut diwarnai permintaan yield yang tinggi,” kata Analis WKSI Reza Priyambada dalam risetnya.
Pemerintah, ujarnya, telah melakukan lelang:
- SPN-S 10032015 (reopening)
Seri SPN-S10032015 diserap Rp 930 miliar dengan dengan yield rata-rata tertimbang 6,74% dan tingkat imbalan diskonto berjatuh tempo 10 Maret 2015 serta mengalami bid-to-cover ratio 2,76x.
- PBS005 (reopening)
Seri PBS005 dimenangkan Rp 570 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 9,20% dan tingkat imbalan 6,75% berjatuh tempo 15 April 2043 serta mengalami bid to cover ratio 1,23x
- PBS006 (reopening)
Reza mengatakan lelang dilakukan melalui sistem pelelangan Bank Indonesia pada hari Selasa (23/9/ 2014). Total penawaran yang masuk sebesar Rp3,66 triliun.
Investor meminta yield pada dua seri SBSN yang ditawarkan, yakni PBS005 dan PBS006 lebih tinggi dari lelang sebelumnya. Pada seri PBS005 (reopening) mengalami permintaan dengan yield terendah yang masuk 9,125% dan yield tertinggi yang masuk 9,75% dengan permintaan yang masuk mencapai Rp 703 miliar.
Permintaan yield tersebut lebih tinggi dibandingkan lelang dua pekan sebelumnya. Permintaan yield terendah dan tertinggi yang masuk masing-masing 9,06% dan 9,75%.
Seri PBS006 (reopening) juga mengalami hal tersebut dimana permintaan yang masuk sebesar Rp 386 miliar dengan yield terendah yang masuk sebesar 8,25% dan yield tertinggi sebesar 8,75%. Adapun pada lelang sebelumnya, seri ini mengalami permintaan yield terendah yang masuk sebesar 8,18% dan yield tertinggi 8,75%.
Pemerintah juga menawarkan seri SPN-S10032015 (reopening) yang mencatatkan total permintaan yang masuk sebesar Rp 2,57 triliun dengan yield terendah 6,69% dan imbal hasil tertinggi 7,75%.
Reza mengemukakan pemerintah hanya memenangkan Rp 1,5 triliun dari total permintaan yang masuk sebesar Rp 3,65 triliun.
“Tingginya yield yang diminta memperlihatkan kurangnya mood pelaku pasar,” kata Reza.
Dikemukakan tingginya jumlah permintaan pada seri bertenor pendek SPN-S10032015, mengindikasikan bahwa pelaku pasar lebih memilih obligasi jangka pendek untuk meminimalisir risiko atas kondisi yang ada.