Bisnis.com, Singapura -- Harga bijih besi terancam merosot ke level terendah sejak 2009 akibat meningkatnya pasokan dari Australia dan Brazil yang mendorong surplus global. Harga pemasok dari Tiongkok pun menjadi lebih tinggi.
Harga anjlok 33% pada tahun ini karena peningkatan output Rio Tinto (RIO) oleh perusahaan tambang BHP Billiton Ltd (BHP) telah mendorong pasar seaborne global menjadi berlimpah.
Produsen utama di Australia yang memiliki biaya rata-rata sekitar $40-$50 per ton tersebut, terus meningkatkan pasokan, bahkan dengan harga mendekati level terendah dalam lima tahun.
Helen Lau, analis UOB Kay Hian Ltd di Hong Kong, mengatakan harga komoditas bijih besi berpeluang jatuh sampai $80 per metrik ton tahun ini, lebih rendah dari harga terendah sebesar $88,08 pada Oktober 2009.
"Akan ada banyak pasokan lebih murah dalam menggantikan pangsa pasar Tiongkok. Mereka [Australia dan Brazil] akan mendorong harga turun lebih rendah,” katanya kepada Bloomberg, Selasa (26/8/2014).
Berdasarkan data dari Metal Bulletin Ltd., bijih dengan kandungan 62% di Qingdao, Tiongkok, turun 0,3% menjadi $90,07 per ton pada Senin (25/8) mendekati harga terendah $89,48 tahun ini pada 16 Juni lalu.
Goldman Sachs Group Inc memperkirakan pasokan komoditas itu di pasaran global akan melebihi permintaan sebesar 72 juta ton tahun ini dan 175 juta ton pada tahun 2015.