Bisnis.com, JAKARTA- Laju obligasi pekan ini diperkirakan masih akan bergerak variatif, dengan potensi masih melanjutkan pelemahan seiring belum adanya sentimen positif.
Sekretaris Umum Forum Komunikasi CSA (FK – CSA) Reza Priyambada mengatakan laju obligasi pekan ini diperkirakan masih akan bergerak variatif dengan potensi masih melanjutkan pelemahan seiring belum adanya sentimen positif.
“Akan tetapi, jika data-data ekonomi global ada yang dapat direspons positif dan sentimen lainnya mendukung, maka laju obligasi dapat pula bergerak menguat meski tipis,” kata Reza dalam risetnya.
Jika kondisinya dapat positif, ujarnya, maka diperkirakan laju pasar obligasi dapat bergerak menguat dengan minimal perubahan harga obligasi rerata sebanyak 45-60 bps.
Jika terjadi sebaliknya, maka harga obligasi pun akan terkoreksi karena aksi profit taking pelaku pasar mengamankan posisi terhadap kondisi yang mengkhawatirkan. Potensi pelemahan hingga minimal rerata 100-125 bps.
“Untuk itu, tetap cermati perubahan sentimen yang ada, terutama dari sisi laju nilai tukar rupiah dan rilis data-data global. Tetaplah bersikap rasional dan tidak terlalu panik berlebihan,” kata Reza.
Maraknya sentimen negatif sepanjang pekan kemarin membuat laju pasar obligasi cenderung menurun, terutama setelah BPS merilis data ekonominya.
Reza mengatakan maraknya sentimen negatif sepanjang pekan kemarin, membuat laju pasar obligasi cenderung menurun.
“Terutama setelah BPS merilis data-data ekonominya. Meski rilis inflasi yang nantinya berkaitan dengan suku bunga cenderung stabil dan dinilai masih inline dengan pasar, namun sentimen dari rilis neraca perdagangan kurang dapat direspons dengan baik,” kata Reza dalam risetnya.
Tidak hanya itu, ujarnya, pelaku pasar pun cenderung mengamankan posisi setelah melihat laju pasar obligasi global juga tidak terlalu baik.
Tercatat mayoritas obligasi masih mengalami penurunan harga, sehingga berpengaruh pada kenaikan yield.
“Mayoritas harga pada setiap tenor terlihat menurun dan yieldnya tampak meningkat,” kata Reza.
Pola bullish yang terbentuk di pasar SUN domestik dipekan sebelumnya yang didukung oleh hasil pemilihan presiden dan wakil presiden RI yang sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar, mulai terganggu oleh maraknya sentimen negatif.
Kondisi pasar obligasi turut diperparah dengan penilaian berlebihan, yang seharusnya tidak perlu, terhadap penyelenggaraan sidang MK terkait indikasi dugaan pelanggaran pilpres, sehingga muncul kembali risiko ketidakpastian.