Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Selasa (8/7/2014) euforia, menembus level 5.000 yang menjadi angka psikologis bagi pasar untuk menentukan langkah indeks selanjutnya.
Sekarang muncul sejumlah pertanyaan. Bertahan berapa lamakan level 5.000 tersebut bagi IHSG, dan apa yang dilakukan dengan level baru tersebut?
Berikut pandangan sejumlah analis:
Equity Technical Analyst AAA Securities Wijen Pontus:
Skenario jangka menengah kami, hanya gagal jika IHSG break level 5.300.
Beberapa poin yang menjadi alasan kuat kami bahwa IHSG masih berada di corrective wave ABC (X) adalah :
1. Gerakan IHSG sejak akhir Agustus tahun lalu masih membentuk 3 gerakan besar (ABC).
2. Tiga gerakan itu masih berada di dalam channel area. Hal ini menjadi ciri atau karakter khusus dari corrective wave. Syarat utama dari impulse wave adalah puncak asumsi wave/gerakan ketiga harus menyentuh upper channel line (kecuali pada pola diagonal).
3. Belum ada alasan fundamental ekonomi untuk menyokong kenaikan IHSG, seperti indeks yang masih dibayangi pelemahan rupiah, neraca transaksi berjalan, defisit, ancaman inflasi Juli-Agustus, kenaikan harga minyak yang menambah beban subsidi BBM, penurunan pertumbuhan di sektor properti, pemangkasan anggaran pada APBN.
4. Sociomoods para pelaku pasar yang cenderung masih optimistis terhadap IHSG, dan cenderung berlebihan. Hal ini dapat terlihat pada tingginya frekuensi dan trading value dari investor/trader retail (non-institusi), dan masih ramainya rekomendasi beli serta topik pembicaraan saham pada komunitas investor/trader retail (mailist, group BBM, media sosial).
5. Banyak institusi lokal yang masih punya posisi di harga atas, dan kami yakin kenaikan IHSG, akan menyebabkan institusi ini ingin melakukan penjualan dan memperbanyak cash. Dengan kata lain, semakin tinggi IHSG, semakin besar tekanan jual dari institusi.
Perlu perubahan mendasar, terutama dari faktor fundamental ekonomi untuk menjadikan skenario jangka menengah ini gagal, mengingat banyak faktor yang menjadikan skenario ini menjadi skenario yang paling mungkin.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, euforia sebelum pengumuman resmi (pemilu saja belum terjadi), biasanya hanya bersifat sementara.
Tiga gerakan turun sejak 19 Mei—27 Juni 2014 menyebabkan IHSG memiliki 2 skenario.
Skenario pertama adalah leading diagonal dari wave A, di mana pada pola ini, wave 1 hingga wave 5 diperbolehkan membentuk 3 gerakan saja. Sehingga, jika ini benar, IHSG saat ini sedang membentuk wave 2, dengan target ideal di 5.000—5.040. Skenario ini masih ontrack selama IHSG tidak menembus level 5.091,32.
Skenario pertama yang berupa leading diagonal mempunyai arti bahwa tekanan beli dan optimisme masih besar pada IHSG, sehingga tidak mengherankan jika IHSG dapat menguat di atas level 50% dari fibonacci retracement.
Jika pada skenario pertama, kami berikan label wave 1 pada bottom 27 Juni lalu, skenario kedua kami berikan label wave [a]. Ini cukup valid, mengingat wave [a] juga dapat berupa 3 gerakan.
Karena wave [a] tiga gerakan, pola koreksi yang mungkin terjadi adalah flat correction dan triangle correction. Skenario kedua ini kami asumsikan sebagai flat correction, sehingga wave [b] nantinya akan berada di kisaran 61,8% hingga 161,8% dari panjang wave [a], yang artinya IHSG dapat menguat hingga 5.254 (skenario terbaik, di mana wave [b] sepanjang 161,8%), dan idealnya di 5.040—5.230.
Kesimpulannya, kami masih rekomendasikan untuk SoS, dan mengurangi posisi portofolio serta trading cepat hingga ada konfirmasi lanjutan bahwa IHSG memang gagal membentuk corrective wave.
Analis Riset Panin Sekuritas Purwoko Sartono
Euforia IHSG diprediksi berlangsung dalam jangka pendek, yaitu dalam kurun waktu 1—2 minggu.
Penguatan indeks seiiring derasnya aliran dana asing yang masuk ke bursa. Kemarin saja terjadi net buy Rp750 miliar.
Untuk investor yang mau masuk (saat IHSG ada di level 5.000) bisa melakukan selektif beli.