Bisnis.com, JAKARTA- Pada pekan lalu, pemerintah kembali menyerap lelang surat berharga syariah negara atau sukuk negara yang diwarnai permintaan yield tinggi.
Sekretaris Umum Ikatan Alumni CSA Reza Priyambada mengatakan dalam lelang ini, pemerintah hanya menyerap Rp 1,16 triliun atau di bawah target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 1,5 triliun. Bahkan di bawah total penawaran yang masuk senilai Rp 1,96 triliun.
Reza mengemukakan pemerintah hanya memenangkan dua seri dari tiga seri yang ditawarkan, yakni seri PBS005 (jatuh tempo 15 April 2043) yang ditetapkan dengan yield rata-rata tertimbang 9,22% dan tingkat imbalan sebesar 6,7% dengan nominal yang dimenangkan Rp 285 miliar.
Sukuk lainnya yang dimenangkan seri SPN-S02012015 (new issuance) dengan yield rata-rata tertimbang 6,19%. Pemerintah menyerap seri yang akan jatuh tempo 2 Januari 2015 ini sebesar Rp 875 miliar.
Sementara itu, seri PBS006 tidak diserap oleh pemerintah. Padahal penawaran yang masuk untuk seri ini hanya Rp 31 miliar dengan yield terendah 8,31% dan tertinggi 8,75%.
Pemerintah juga telah berhasil merilis obligasi perdana eurobond. DJPU Kementerian Keuangan mengklaim, surat utang barunya yang berdenominasi euro laku yang terlihat dari maraknya permintaan di atas penawaran.
Di pertengahan pekan, pemerintah merilis surat utang negara valuta asing berdenominasi euro seri RIEUR0721 senilai 1 miliar euro. Total pengawaran yang masuk mencapai 6,7 miliar euro, atau oversubscribed 6,7 kali lebih banyak dari nilai penawaran. Eurobond ini bertenor 7 tahun dengan jatuh tempo 8 Juli 2021.
Kupon yang ditawarkan 2,875%, memiliki yield 2,976%. Pendistribusian seri RIEUR0721 adalah 24% untuk investor Inggris, 24% untuk investor Asia, 19% untuk investor Jerman dan Austria, 18% untuk investor Amerika Serikat, 4% untuk investor Swiss, dan 11% untuk investor Eropa lainnya.
Oversubscribenya Eurobond tersebut tidak terlepas dari pencapaian Indonesia yang memperoleh rating BBB- (stable) dari Fitch, BB+ (stable) dari S&P, dan Baa3 (stable) dari Moody’s.
“Akhirnya kekhawatiran kami akan terjadinya penurunan tidak terjadi seiring positifnya sentimen yang ada,” ujar Reza.
Meski rupiah sempat melemah, tambahnya, namun dapat kembali terapresiasi. Namun demikian, masih adanya sentimen politik tentunya
Pelaku pasar, ujarnya akan merespon hasil debat capres di akhir pekan dan bersikap wait & see jelang pilpres.
Aksi mengamankan posisi dan menjauhi pasar berpotensi terjadi jika pelaku pasar menilai hasil dari pilpres tersebut tidak sesuai dengan harapan.
“Untuk itu, tetap cermati perubahan sentimen yang ada, terutama dari sisi laju nilai tukar rupiah dan sentimen politik terhadap perubahan pergerakan laju pasar obligasi,” kata Reza.
Dia mengharapkan apapun hasil dari pilpres nanti dapat diterima oleh pasar, dan dapat menghilangkan kekhawatiran negatif akan memburuknya keadaan.
“Tetaplah bersikap rasional,” kata Reza.