Bisnis.com, SURABAYA - Emiten bidang garmen PT Eratex Djaja (ERTX) mengantongi order US$16 juta atau sekitar Rp180,8 miliar pada triwulan pertama 2014.
Corporate Administration Manager PT Eratex Djaja Juliarti Pudji K. menguraikan pesanan pekerjaan tersebut berasal dari Amerika dan Jepang serta Eropa.
"Pelanggan baru tidak ada, tapi pesanan itu berasal dari pelanggan lama yang memesan untuk produk merek-merek baru," jelasnya seusai paparan publik di Surabaya, Kamis (3/4/2014).
Juliarti menilai tren pesanan garmen mengikuti musim mode, tapi biasanya triwulan IV kenaikan signifikan. Sehingga jumlah order diprediksi meningkat terus hingga akhir tahun.
Pola itu, lanjut dia, diharapkan bisa menjadikan pendapatan perseroan pada akhir tahun US$60,4 juta naik 5% dari realisasi 2013 Rp56,9 juta. Adapun laba perseroan diproyeksi US$1 juta naik 43% dari realisasi akhir tahun lalu US$718.
"Proyeksi kenaikan laba didukung mesin baru yang dioperasikan sejak tahun lalu sudah berfungsi maksimal, termasuk pekerjanya sudah menguasai dengan baik," urainya.
Eratex mengoperasikan pabrik di Probolinggo, Jawa Timur, dan membuat pakaian merek global, di antaranya Polo RalphLauren, DKNY, Nautica dsb. Berbagai produk tersebut dibuat 5.500 pekerja yang 2.450 di antaranya pekerja tetap.
Perusahaan yang berdiri sejak 1972 tersebut sempat dihadapkan pada persoalan modernisasi peralatan beberapa tahun lalu.
Namun, emiten yang melantai di bursa pada 1990 itu investasi US$1,8 juta untuk modernisasi mesin dua tahun terakhir. Pemerintah Indonesia juga memberi subsidi revitalisasi mesin Rp896 juta pada 2013.
Financial Controler Eratex Djaja Firman Wahyudi menguraikan investasi 2012-2013 untuk membeli mesin jahit dan potong US$265.000 dan mesin cuci US$820.000 serta perbaikan sarana senilai US$787.000.
"Pada 2014 kami tidak ada investasi besar lagi, kalaupun ada investasi di kisaran US$100.000 untuk perawatan atau perbaikan," jelasnya.
Menurutnya, dengan investasi mesin jahit dan potong serta mesin cuci perseroan kini memaksimalkan alat produksi tersebut. Terlebih untuk mesin produksi utilisasinya baru 80%.