Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fed Lakukan Tapering: Global Bond RI vs AS, Asing Pilih Mana?

Rencana bank sentral Amerika Serikat untuk terus mengurangi stimulusnya, membuat pasar menyoroti prospek obligasi pemerintah dalam mata uang dolar AS bertenor 10 tahun
 Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA— Rencana bank sentral Amerika Serikat untuk terus mengurangi stimulusnya, membuat pasar menyoroti prospek obligasi pemerintah dalam mata uang dolar AS bertenor 10 tahun.

Debt Research Analyst Danareksa Sekuritas Amir Dalimunthe meyakini Obligasi Indonesia yang dikeluarkan pemerintah dalam mata uang dolar Amerika Serikat dengan tenor 10 tahun tetap berprospek, meski bank sentral AS the Federal Reserve terus mengurangi stimulusnya.

“Jangka pendek market obligasi (global) Indonesia akan volatil. Jangka panjangnya bagus,” kata Amir saat dihubungi hari ini, Kamis (27/3/2014).

Apalagi, ujarnya, penyesuaian telah dilakukan pasar sejak tahun lalu. Saat the Fed mulai menghembuskan niatnya mengurangi stimulus (tapering off).

Amir mengatakan di saat investor  ragu dengan kondisi pasar, akan lebih memilih investasi yang berisiko paling kecil, salah satunya adalah obligasi global AS (US treasury bond).

Begitu juga di saat AS mengurangi pembelian obligasinya (quantitative easing) sejalan dengan pengurangan stimulus, kemungkinan menyebabkan asing ke luar untuk sesaat. Seperti diketahui quantitative easing dilakukan AS sejak November 2008.

Di saat investor asing ke luar dan memilih AS, akan menyebabkan obligasi di luar AS, termasuk obligasi Indonesia akan turun nilainya dan yield naik.

Namun jangka panjangnya, investor akan kembali mencari potensi return yang lebih agresif. Biasanya didapatkan di emerging market.

Dia mengatakan suku bunga yang ditawarkan emerging market lebih potensial. Ditambah adanya perolehan dari fluktuasi mata uang di negara yang ada di emerging market terhadap dolar AS.

“Namun jangka panjangnya, investor akan kembali mencari potensi return yang lebih agresif. Biasanya ke emerging market,” kata Amir.

“Bunga emerging market lebih potensial, dan adanya currency gain. Ke depan selama AS masih bagus perkembangannya,  prospek obligasi bagus,” kata Amir.

Penghapusan quantitative easing akan menyebabkan adanya  koreksi jangka pendek karena adanya proses rebalancing. Namun dalam jangka panjang hal  tersebut merupakan indikator membaiknya perekonomian global.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper