Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

El Nino Ancam Komoditas Pertanian

Kemungkinan terjadinya pola cuaca El Nino di tahun ini diprediksi akan mengganggu produksi komoditas agrikultur sekaligus mengerek harganya
 Karet/Bisnis
Karet/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA- Kemungkinan terjadinya pola cuaca El Nino di tahun ini diprediksi akan mengganggu produksi komoditas pertanian sekaligus mengerek harganya.

Analis PT Central Capital Futures Wahyu Laksono menjelaskan anomali cuaca tersebut sangat berpengaruh terhadap produksi pertanian dan diprediksi akan menyebabkan penurunan produksi minimal sebesar 10% sepanjang tahun ini.

Penurunan produksi tersebut kemudian akan membuat permintaan semakin tinggi dan mengerek harga. Setidaknya harga komoditas diprediksi dapat melonjak sekitar 3%-6%. Wahyu memproyeksikan harga CPO, beras, kedelai dan gula bisa naik hingga 3%, sementara kapas bisa melonjak sebanyak 5%.

“Faktor cuaca tidak bisa dihindari bagi komoditas yang berhubungan dengan air dan sudah pasti produksinya akan terganggu,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (25/3/2014).

Wahyu juga menilai, dengan telah meluasnya isu El Nino ini kemungkinan kenaikan harga akan terjadi lebih awal, karena para pelaku pasar mulai mengamankan posisi dengan menahan produk komoditasnya.

Adapun, peningkatan harga tersebut lebih pada komoditas-komoditas yang diproduksi oleh daerah-daerah yang terdampak El Nino, seperti Asia dan Australia. Sementara komoditas yang diproduksi oleh negara di wilayah Eropa dan Amerika Utara diprediksi akan stabil karena El Nino menyebabkan kondisi cuaca yang ideal di daerah tersebut.

Sementara itu, International Rubber Consortium Ltd. menjelaskan El Nino diprediksi akan membuat output karet di Thailand, Indonesia dan Malaysia turun hingga 8% di tahun ini karena kekeringan. Selain itu 79% daerah di Queensland Australia juga akan kekeringan dan mengancam produksi kapas dan gula.

Terjadinya El Nino akan memengaruhi cuaca di seluruh dunia dan dapat mengacaukan pasar pertanian karena para petani bertarung dengan kekeringan atau tingginya curah hujan.

Badan Meteorologi Australia menjelaskan saat ini peningkatan gejala El Nino akan mengarah pada kemungkinan terjadinya kekeringan di seluruh Asia Tenggara dan Australia timur, serta potensi banjir di Amerika Selatan.

Fenomena tersebut sering terjadi saat berakhirnya musim dingin menjadi lebih hangat di Amerika bagian utara, dan menyebabkan hujan lebih lebat di Amerika bagian selatan.

Terakhir kali, El Nino terjadi pada 2009-2010 saat itu dikategorikan pada level lemah sampai sedang. Sementara El Nino paling parah terjadi pada 1998 yang menewaskan hingga 2.000 orang dan menyebabkan kerugian hingga miliar dolar karena kerusakan tanaman, infrastruktur dan tambang di Australia dan beberapa daerah di Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper