Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah melelang surat utang negara (SUN) dengan target indikatif sebesar Rp10 triliun pada hari ini, Selasa (18/2/2014).
Pada lelang sukuk negara yang dilakukan pada pekan lalu, permintaan mencapai Rp5,3 triliun atau 3,5x target indikatif di Rp1,5 triliun. Namun, pemerintah hanya menyerap Rp1,3 triliun dari keseluruhan permintaan (lebih rendah dari target indikatif sebesar Rp1,5 triliun).
Menurut tim riset Kresna Graha Sekurindo, harga SUN menguat pada sesi perdagangan pekan lalu.
Yield SUN FR0069 (5 tahun) turun 15bps, FR0070 (10 tahun) turun 43bps, FR0071 (15 tahun) turun 39bps, dan FR0068 (20 tahun) turun 33bps.
“Menguatnya pasar surat utang ini tidak terlepas dari membaiknya data ekonomi Indonesia, dan juga sentimen global yang masih kondusif,” ujarnya melalui riset, Selasa (18/2/2014).
Dari pasar domestik, cadangan devisa Indonesia kembali meningkat 1,3% MoM (tercatat di US$100,7 miliar pada Januari 14). Di sisi lain, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di 7,5%, sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar.
Membaiknya indikator makroekonomi Indonesia tersebut, membuat aliran modal asing kembali meningkat. Sejak awal tahun hingga akhir pekan kedua Februari (14/2), investor asing menambah kepemilikan SUN sebesar Rp8,7 triliun (tercatat di Rp332,3 triliun), dan mencatatkan pembelian bersih sebesar US$383,2juta di pasar saham.
Kembalinya aliran modal asing ini menjadi salah satu pendorong penguatan nilai tukar rupiah yang tercatat menguat 2,7% WoW di level Rp11,861/US$. Sementara itu, data ekonomi global yang sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar, dan keputusan Kongres AS yang menyetujui ukuran peningkatan plafon utang AS hingga Maret 2015, yang dapat melindungi AS dari terhentinya operasional pemerintahan, ikut menopang pergerakan pasar surat utang global.
“Sisi positifnya, membaiknya sentimen pasar tersebut ikut menopang likuiditas di pasar primer.”