Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang Asia jatuh pekan ini, dipimpin oleh rupiah dan ringgit Malaysia akibat kekhawatiran anggota parlemen AS tidak akan dapat mengatasi kebuntuan anggaran yang terhalang pengambilan risiko.
Nilai tukar rupiah menyentuh level terendah sejak April 2009 pada 25 September dan ringgit mengalami penurunan mingguan terbesar dalam 3 bulan.
Senat AS kemarin memutuskan membiayai pemerintah sampai 15 November setelah menghapus pembatalan pendanaan UU kesehatan, yang memberikan tekanan kepada legislatif untuk menghindari shutdown federal yang dimulai 1 Oktober. Investor asing menarik US$381 juta dari pasar saham Indonesia dan Thailand pekan ini.
"Ketidakpastian di AS memengaruhi sentimen sampai batas tertentu," kata ekonom di ING Groep NV di Manila Joey Cuyegkeng, sebagaimana dikutip Bloomberg, Sabtu (28/9/2013).
Nilai tukar rupiah turun 1,7% pekan ini menjadi Rp11.539 per dolar Amerika Serikat kemarin di Jakarta, sebagaimana ditunjukkan oleh bank setempat.
Ringgit jatuh 1,9% menjadi 3,2276 per dolar AS, peso Filipina melemah 0,7% menjadi 43,33 dolar AS dan baht Thailand melemah 0,7% menjadi 31,33 per dolar AS. Rupee India turun 0,4% menjadi 62,4975.
Pemerintah Indonesia akan mengumumkan data perdagangan Agustus pekan depan setelah sebelumnya tercatat defisit US$2,3 miliar pada Juli yang merupakan rekor tertinggi dalam sejarah perdagangan RI.
Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan 1,5% menjadi 7,25% sejak pertengahan Juni, dan otoritas moneter tidak ingin melihat mata uang ‘terlalu kuat ‘, kata juru bicara Peter Jacobs bulan ini .
Resesi Thailand
"Rupiah terus menunjukkan kinerja buruk di kawasan ", khususnya karena upaya pemerintah mengurangi defisit perdagangan dan transaksi berjalan, dinilai tidak berdampak banyak, kata Roy Teo, ahli strategi mata uang senior di ABN Amro Bank NV di Singapura.
"Jika kita melihat tanda-tanda bahwa neraca perdagangan dan transaksi berjalan membaik, baru pelemahan mata uang akan berkurang."
Baht Thailand mengalami kerugian pertama dalam tiga pekan terakhir akibat kekhawatiran resesi akan menghalangi masuk arus modal asing.
Barclays Plc memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi 2013 Thailand menjadi 2,5% dari 3,5% karena krisis kredit domestik , memudarnya stimulus dan kurangnya percaya diri setelah produk domestik bruto menurun dalam dua kuartal pertama. Ekspor pun jatuh sejak Juli.
"Perekonomian kemungkinan tetap pada tren menurun semester II akibat perlambatan ekspor," kata ekonom di Bangkok di TMB Bank Pcl, Thammarat Kittisiripat.
"Baht akan terdepresiasi dan dana keluar akan terus berlanjut dalam jangka pendek."
Di sisi lain, yuan China sedikit berubah pekan ini pada posisi 6,1202 per dolar AS, sedangkan won Korea Selatan naik 0,2% menjadi 1.073,65 per dolar AS. Dolar Taiwan menguat 0,3% menjadi 29,656 per dolar AS dan Dong Vietnam stabil di 21.114 .