Bisnis.com, JAKARTA—Isu mobil murah dinilai berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah.
Berdasarkan riset PG Asset Management, beberapa analis ekonomi berpendapat program mobil murah akan membuat beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) akan membengkak.
Hal ini diperkirakan akan menambah kuota impor BBM dan selanjutnya akan membuat defisit neraca berjalan Indonesia.
Saat ini, pemerintah cukup sulit menurunkan inflasi dan membuat rupiah semakin tertekan.
Hal ini memperjelas jika program mobil murah dijalankan, maka secara bersamaan anggaran impor BBM akan membengkak.
Pada perdagangan sesi I Selasa (24/9/2013), IHSG mengalami pelemahan sebesar 0,9% ke level 4.521,61.
IHSG juga melemah pada perdagangan Senin (23/9/2013) kemarin, sebesar 20,97 poin atau turun 0,46% dan ditutup pada level 4.562,857.
Bursa saham melanjutkan pelemahan akibat pengaruh dari timbulnya kekhawatiran akan mencuatnya kembali rencana The Federal Reserve untuk mengurangi program paket stimulusnya sebesar US$10 miliar.
Hal ini membuat kekhawatiran akan terjadinya pengurangan likuiditas di bursa saham.
Dampak dari langkah itu adalah membuat menguatnya dolar AS dan bahkan sepertinya saat ini mata uang dolar AS menjadi aset investasi.