Bisnis.com, JAKARTA— PT Monex Investindo Futures memperkirakan pergerakan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) akan dipengaruhi data manufaktur China dan nilai tukar rupiah serta ringgit Malaysia.
Periset dan Analis Senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan dari sisi fundamental, meningkatnya aktivitas manufaktur Cina dapat memberikan harapan akan membaiknya outlook permintaan dari konsumen CPO terbesar kedua dunia tersebut.
“Namun stabilnya nilai tukar ringgit Malaysia dan rupiah dapat membuat investor khawatir atas outlook ekspor dari kedua negara produsen palm oil terbesar di dunia tersebut,” kata Zulfirman dalam analisanya yang diterima hari ini, Senin (23/9/2013).
Pada grafik harian,ujarnya, indikator Stochastic yang berada di area oversold dapat menyediakan peluang kenaikan bagi minyak sawit. Namun dinilai potensi kenaikan masih bersifat koreksi dan terbatas.
Sentimen bearish masih dominan, tambahnya, dengan turunnya indikator MACD dan RSI, serta palm oil yang masih diperdagangkan di dalam channel bearish dan di bawah moving average (MA) 50-100-200.
“Outlook palm oil cukup bearish, dimana posisi short lebih sesuai dengan stop-loss RM2.325, RM2317 dan RM2343 [MA 50 dan 100] adalah resisten. RM2287 dan RM2271 [harga terendah 20 dan 13 Agustus] merupakan support,” ujarnya.
Perkiraan pergerakan harga CPO/ton hari ini (23/9/2013)
- Resistance level : RM2317 (Rp6,9 juta), RM2343 (Rp7 juta), RM2374 (Rp7,1 juta)
- Support level: RM2287 (Rp6,8 juta), RM2271 (6,8 juta), RM2250 (Rp6,7 juta). (ltc)