Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah optimistis potensi penurunan defisit transaksi berjalan dan tingkat inflasi bisa meredam dampak negatif pengumuman The Fed (Bank Sentral AS) terhadap pasar finasial Indonesia.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan menjelang pengumuman The Fed mengenai kebijakan stimulus moneter AS pergerakan di pasar keuangan Indonesia justru sudah mulai stabil.
Dia mencontohkan IHSG yang kemarin naik 146 poin dan NDF rupiah yang kemarin diperdagangkan pada sekitar Rp11.200 per dolar AS dari sebelumnya mencapai Rp11.900 per dolar AS pada 6 September. Selain itu, tingkat bunga (yield) SUN bertenor 10 tahun sudah turun dari 8,4% menjadi 8,03%.
Pergerakan pasar tersebut, menurut dia, sudah mencerminkan perhitungan investor atas dampak 'tapering off' stimulus moneter bank sentral AS pada pasar finansial global dan Indonesia.
"Artinya 'market' menanggapi itu [pengumuman Bank Sentral AS] sudah tenang," kata Chatib di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (17/9).
Menkeu mengklaim perbaikan kestabilan pasar adalah hasil dari upaya pemerintah memandu ekspektasi investor melalui 4 paket kebijakan yang diumumkan Agustus.
Dia menambahkan ekspektasi pasar semakin positif seiring potensi penurunan defisit transaksi berjalan pada kuartal III/2013 dan penurunan tingkat inflasi.
"Misal dia liat current account deficit, makanya paket 4 itu di-guide [digulirkan]. Itu sesuatu untuk meng-guide [mengawal] ekspektasi pasar," katanya.
Adapun simulasi Bond Stabilization Framework yang baru-baru ini dilaksanakan pemerintah, jelasnya, adalah kegiatan rutin. Simulasi itu bukan langkah antisipasi atas potensi pelarian modal akibat pengumuman The Fed.
"Sebelum kejadian ini, ada simulasi. Itu adalah bagian dari Crisis Management Protocol, bukan karena tapering off [pengenduran]," tutur Chatib.