Bisnis.com, JAKARTA - Meredanya laju inflasi dan menguatnya nilai tukar rupiah mendorong lonjakan permintaan investor dalam lelang surat utang negara hingga ke level Rp32,64 triliun.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, Selasa(10/9), total penawaran yang masuk pada lelang SUN, tercatat mencapai Rp32,64 triliun atau melesat 41,8% dari permintaan lelang sebelumnya yang senilai Rp23,02 triliun pada 27 Agustus lalu.
Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Josua Pardede menilai faktor utama meningkatkan permintaan investor terhadap SUN ialah laju inflasi yang mulai mereda pada Agustus 2013, yakni 1,12% dibandingkan bulan sebelumnya yang melampaui 3%.
“Investor berekspektasi puncak inflasi sudah terlewati pada Juli lalu, dan setelahnya akan mulai mereda,” ungkapnya kepada Bisnis hari ini, Selasa(10/9/2013).
Selain itu, nilai tukar rupiah yang mulai menguat dalam dua hari terakhir hingga Selasa(10/9) ke level Rp11.235 per dolar. Hal itu menjadi sentimen positif di pasar obligasi dan mendorong investor untuk membeli SUN.
“Rilis data cadangan devisa yang meningkat pekan lalu juga membawa angin segar untuk penanam modal,” tambahnya.
Dia memproyeksikan September akan terjadi deflasi kecil di level 0,1% dan kembali inflasi di level rendah pada bulan berikutnya. Dengan begitu, diperkirakan imbal hasil obligasi akan menurun secara bertahap dalam dua bulan ke depan.
Selanjutnya, bulan berikutnya yield obligasi bisa kembali naik dipicu data inflasi akhir tahun yang biasanya meningkat.
Kendati demikian, perkembangan pasar obligasi dan makro ekonomi Indonesia masih bergantung pada pengumuman keputusan Federal Reserve atas pengurangan stimulus moneternya dari semula sebesar US$85 miliar dan diperkirakan hanya menjadi US$65 miliar.
Menurut dia, pemerintah mengambil peluang tingginya permintaan investor dengan memenangkan SUN bertenor panjang yakni 10,5 tahun hingga 20,5 tahun. Hal itu dilakukan untuk mengelola manajemen pembayaran utang yang sehat di masa mendatang.
“Mumpung interest market lebih baik dari Juni da Juli lalu, maka pemerintah prioritaskan permintaan tenor panjang, walaupun investor banyak meminta tenor pendek,” tuturnya.