Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian BUMN dinilai perlu untuk memangkas belanja modal BUMN dalam dolar AS untuk membantu meredakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Pagi ini (5/9/2013) nilai tukar rupiah kian melemah dan ditransaksikan di atas Rp11.500 per dolar AS, padahal pemerintah dan Bank Indonesia sudah menggelontorkan sejumlah kebijakan untuk menangani kondisi perekonomian saat ini. Apakah kebijakan itu tidak efektif?
Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia dan Universitas Mercubuana Didik Junaidi Rachbini menilai kebijakan itu sudah cukup baik dan harus diaplikasikan. Namun, memang membutuhkan waktu.
“Kalau yang mau cepat, panggil Menteri BUMN, pangkas belanja modal infrastruktur (capex) dalam dolar AS hingga 50%-70%,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (5/9/2013).
Sementara itu, kebijakan-kebijakan yang telah dibuat tetap harus dijalankan. Berdasarkan catatan Bisnis, pemerintah telah meluncurkan empat paket utama kebijakan untuk merespon gejolak di sektor keuangan saat ini.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyebutkan paket pertama terkait upaya memperbaiki neraca transaksi berjalan (current account) defisit dan menjaga nilai tukar rupiah.
Paket kedua, merupakan paket yang bertujuan menjaga pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Paket ketiga, terkait dengan menjaga daya beli masyarakat dan tingkat inflasi. Dan paket keempat berkaitan dengan percepatan investasi.