Bisnis.com, JAKARTA— Kinerja emiten di sektor properti dan konstruksi mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 60,97% sepanjang semester I/2013, di tengah isu pembatasan lahan, kebijakan loan to value, serta penaikan BI Rate.
Total laba bersih sebesar Rp7,27 triliun naik 60,97% dari Rp4,51 triliun, Dari 41 emiten, 10 di antaranya mencatatkan performa buruk.
Kinerja terbaik dipegang oleh PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIPP) setelah rugi bersih sebesar Rp7,78 miliar pada semester I/2012 menjadi laba bersih Rp126,85 miliar.
Perbaikan kinerja itu berasal dari menanjaknya pendapatan sebesar 42,80% dari Rp15,58 miliar menjadi Rp21,64 miliar.
Kinerja perusahaan properti dapat dibilang lebih kinclong dibandingkan dengan perusahaan konstruksi. Adapun perusahaan konstruksi dengan performa terapik adalah PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang mencetak penaikan laba bersih 135,56% dari sebesar Rp29,05 miliar menjadi Rp68,44 miliar.
“Saat ini sektor properti adalah salah satu sektor yang memiliki nett cash yang tinggi selain sektor lainnya, itu pertanda bagus,” ujar Harry Su, analis PT Bahana Securities.
Berdasarkan riset PT Bahana Securities, performa sektor properti secara year-to-date membukukan pertumbuhan 20%. Pertumbuhan tersebut merupakan yang kedua terbaik setelah infrastruktur dengan 28,5%.
Selain itu, menurut Harry, performa sektor properti terdongkrak karena tingginya penjualan meskipun adanya sentimen negatif daru aksi profit taking, bubble harga rumah, kenaikan BI Rate, dan kebijakan LTV.
Sementara itu, CIMB Securities meningkatkan asumsi weighted average cost of capital (WACC) untuk saham properti di bawah cakupan mereka dengan rata-rata 14,6%, dan asumsi biaya 16% dari ekuitas. (ltc)