Bisnis.com, JAKARTA— Sejak pagi ini, nilai tukar dolar AS masih terus menguat terhadap sebagian besar mata uang Asia-Pasifik, termasuk rupiah.
Analis PT Megagrowth Futures Wahyu Laksono mengatakan hal tersebut mengindikasikan terjadinya peralihan aset yang disebabkan oleh pemulihan ekonomi yang terjadi di AS dan Eropa yang tidak semakin buruk.
Saat AS dan Eropa krisis, lanjut dia, banyak dana yang masuk ke emerging market termasuk Indonesia. Sehingga ketika AS dan Eropa mulai membaik maka dana-dana yang masuk ke emerging market berpotensi kembali ke AS dan Eropa.
“Saat AS krisis pada 2008, tidak lama setelahnya Eropa juga ikut terkena krisis. Sehingga saat mereka membaik maka terjadi asset shifting. Dolar pun akhirnya menguat. Dengan kondisi seperti ini yang saya khawatirkan adalah terjadinya krisis di emerging market,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (19/8/2013).
Sepanjang hari ini, rupiah juga terus tertekan bahkan sudah melampaui level Rp10.500 per dolar AS. Wahyu memprediksi tekanan terhadap rupiah masih akan terjadi hingga akhir tahun ini, dan berpotensi tembus ke Rp11.000 per dolar AS.
Selain faktor global, dia juga menilai dari dalam negeri menjelang pemilu kondisi politik di Indonesia juga ikut berkontribusi pada pergerakan nilai tukar.