Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya suku bunga acuan rupanya telah berdampak signifikan melumpuhkan aksi penerbitan obligasi korporasi nasional. Di sisi lain bursa saham dianggap sebagai tempat paling strategis untuk meraih pendanaan saat ini.
Tiga perusahaan penjamin emisi obligasi, yakni PT Evergreen Capital, PT HSBC Securities Indonesia, dan PT Ciptadana Securities serempak mengaku mengalami penurunan kinerja penawaran obligasi korporasi pada semester kedua 2013.
Direktur Evergreen Capital Rudy Utomo menyampaikan pihaknya belum memegang satu pun proposal rencana penjaminan emisi obligasi korporasi pada paruh kedua tahun ini. Padahal semester pertama lalu perseroan menangani 3 penerbitan obligasi.
“Ada perusahaan yang menunda pelaksanaan PUB [penawaran umum berkelanjutan], sepertinya menunggu pasar stabil dulu,” ungkapnya.
Menurut dia, korporasi mempertimbangkan kondisi makro ekonomi yang sedang berfluktuasi saat ini. melesatnya inflasi berpotensi besar terus mendongkrak tingkat suku bunga acuan. Imbal hasil (yield) obligasi secara otomatis akan menyesuaikan dan sangat membebani korporasi sebagai penerbit.
“Hampir semua perusahaan mengamati pasarnya sekarang. inflasi sedang tinggi, kalau keluarkan obligasi korporasi yang baru akan berat juga. Apalagi kalau BI rate naik 50 bps lagi, semua juga bingung,” ucapnya.
Sejumlah korporasi lebih memilih pencarian dana melalui skema pinjaman perbankan karena dianggap lebih pasti, meski pada beberapa kasus beban biaya bunganya lebih tinggi dibandingkan yield obligasi.
Presiden Direktur HSBC Securities Indonesia Hari B. Mantoro menyampaikan pihaknya memiliki sekitar dua sampai tiga proposal obligasi korporasi, tetapi dia tidak yakin penerbitan akan terlaksana tahun ini.
“Pipeline ada dua atau tiga perusahaan dari sektor riil, tetapi kemungkinan tidak jadi tahun ini. Lihat kondisi pasarnya, persiapan terus dilakukan,” jelasnya. Jumlah itu jauh berkurang dibandingkan penanganan obligasi yang sebanyak tujuh perusahaan senilai total Rp5 triliun pada semester pertama tahun ini.
Tak jauh berbeda, Direktur Ciptadana Securities John Teja juga mengungkapkan pihaknya belum memiliki klien yang akan melakukan penawaran obligasi pada semester kedua tahun ini.
Ketiga sekuritas tersebut juga mengakui biasanya target penjaminan obligasi lebih besar pada semester kedua dibandingkan paruh pertama setiap tahunnya.
Menurut dia, situasi pasar yang masih belum stabil membuat korporasi mengurungkan niat sementara untuk mencari dana dari pasar obligasi dan mencari alternatif di pasar saham. “Penjaminan obligasi belum ada, terakhir intiland yang kemarin. Ekuitas malah yang lebih banyak,” tuturnya.
Hoesen, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, mengungkapkan pasar modal merupakan satu-satunya pilihan mencari dana di tengah menggelembungkan laju inflasi dan tingkat suku bunga acuan.
“Sekarang kemana-mana cari modal susah, pasar modal menjadi pilihan terbaik dalam situasi sekarang,” tegasnya.
Terkait harga saham, lanjutnya, risiko akan bergantung pada prospek dan rencana bisnis masing-masing perusahaan. Jika perusahaan memiliki rencana usaha yang terjamin dan ekspansi yang konkrit, rasanya tidak perlu takut pada hitung-hitungan nilai saham.