Bisnis.com, JAKARTA - Harga karet mengalami kenaikan setelah terus turun selama 2 pekan terakhir di tengah spekulasi China mungkin mengambil langkah-langkah untuk mendukung pertumbuhan dan meningkatkan permintaan dari negara konsumen bahan baku ban terbesar di dunia tersebut.
Harga karet untuk pengiriman Desember di Tokyo Commodity Exchange naik 2,1% menjadi 239,6 yen per kg (US$2,41 per kg) dan diperdagangkan di 238,8 yen pada pukul 10:20 waktu Tokyo atau 08.20 WIB.
Kontrak teraktif kemarin merosot ke 234,6 yen, terendah sejak 27 Juni 2013.
Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan dalam sebuah forum kemarin bahwa negara itu akan berusaha untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja dan inflasi dalam batas-batas tertentu, menandakan dia tidak akan membiarkan terlalu banyak memperlambat laju ekspansi.
Produk domestik bruto China naik 7,5% pada kuartal terakhir dari tahun sebelumnya, menempatkan pada risiko resmi target yang ditetapkan untuk kecepatan yang sama.
"Pasar terkoreksi lebih tinggi karena oversold karena kekhawatiran yang berlebihan tentang China melambat," kata Hideshi Matsunaga, seorang analis di broker ACE Co Koek. di Tokyo.
Perdagangan berjangka juga pulih setelah Kelompok Studi Karet Internasional memperkirakan surplus karet alam akan menurun ke level 92,000 ton tahun ini dari 460,000 ton tahun lalu. Produksi bisa turun 0,1% menjadi 11,3 juta ton atau meningkat sebesar 4,3% menjadi 8,11 juta ton, menurut Ekonom Senior Dock No.
Karet untuk pengiriman Januari di Shanghai Futures Exchange naik 0,4% menjadi 17.690 yuan (US$2,88) per kg.
Persediaan karet alam naik 109 ton menjadi 114.230 ton, bursa mengatakan pada 12 Juli, berdasarkan survei dari sembilan gudang di Shanghai, Shandong, Yunnan, Hainan dan Tianjin.
Harga karet Thai (FoB) turun 0,6% menjadi 78,85 baht (US$2,54) Pper kg kemarin, harga terendah sejak Oktober 2009, menurut ke Institut Penelitian Karet Thailand.
Baca juga: Harga Karet (16 Juli) Berpotensi Naik, Ini Faktor Pendorong