Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EMITEN PROPERTI: Nilai Obligasi Korporasi Semester II/2013 Capai Rp9,11 Triliun

BISNIS.COM, JAKARTA—Meskipun dibayangi tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga acuan, nilai obligasi korporasi dari pengembang properti pada semester II/2013 diperkirakan mencapai Rp9,11 triliun, melonjak 119% dari capaian periode yang sama tahun lalu Rp4,15 triliun.
 
Analis Obligasi PT Lembaga Penilai Harga Efek Indonesia Fakhrul Aufa menilai moncernya industri properti tahun ini mendorong tingginya kebutuhan emiten untuk melakukan ekspansi terutama akuisisi lahan baru.
 
“Dana obligasi nantinya akan dipergunakan untuk melakukan ekspansi baik untuk mengakuisisi lahan baru atau meningkatkan utilisasi dari lahan yang sudah ada,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (17/6).
 
Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), total dana penerbitan obligasi korporasi sektor properti pada semester I/2013 mencapai Rp3,2triliun, melonjak 326,66% dari periode yang sama tahun lalu Rp750milliar.
 
Selain semakin banyak perusahaan terbuka baru yang menerbitkan obligasi, dia juga menilai biaya penerbitan obligasi semakin murah. Alhasil dari penurunancost of fund tersebut mempengaruhi minat emiten untuk menerbitkan obligasi.
 
“Misalnya saja, obligasi PT Waskita Karya (WSKT) tahun lalu yang mendapat rating idA-, tenor 5 tahun harus memberikan kupon 9,75%, sedangkan sekarang obligasi PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) rating idA-, tenor 5 tahun, hanya memberikan kupon 8,375%,” jelasnya.
 
Kenaikan inflasi dan suku bunga akan mendorong investor meminta yield yang lebih tinggi. Fakhrul menilai asumsi inflasi tahun ini dalam APBN akan meningkat dari 4,3% menjadi 7,2% sehingga investor akan meminta tambahan kupon untuk hal itu.
 
Untuk semester II/2013, dia memperkirakan waktu yang paling tepat untuk penerbitan obligasi yakni pada Oktober-Desember, mengingat kenaikan BBM akan berdampak pada pasar setidaknya dalam 3 bulan-4 bulan.
 
Setelah periode Juni-September, dia memperkirakan pasar akan cenderung kembali stabil dan imbal hasil [yield] akan turun kembali, sehingga kupon yang diberikan bisa lebih rendah dari periode Juni-September sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper