BISNIS.COM. JAKARTA— Penambang timah tradisional skala kecil di provinsi Bangka Belitung, daerah penghasil utama di Indonesia, telah berhenti beroperasi sejak akhir Mei karena kekhawatiran polisi akan merazia operasi mereka, pasokan global terancam.
Hidayat Arsani, Ketua Asosiasi Tambangan Timah Indonesia, mengatakan situasi ini tidak kondusif bagi perekonomian Bangka. Penambang kecil adalah pemasok utama bijih ke smelter independen. Jika pemogokan berkepanjangan, mungkin harus siaga dengan kapasitas.
"Langkah ini sebenarnya tidak memiliki dampak apapun terhadap produksi sejauh smelter memiliki stok dan sumber dapat bijih dari tambang sendiri,” kata Arsani seperti dikutip di Bloomberg pada Sabtu (8/6/2013).
Penghentian ini menambah kekhawatiran bahwa pasokan dari Indonesia, eksportir terbesar di dunia, akan jatuh tahun ini setelah negara memberlakukan aturan ketat tentang kemurnian timah mulai bulan depan.
Menurut Departemen Perdagangan, smelter independen mengkontribusi 67% pasokan negara pada 2012. Penurunan produksi dapat membantu membendung penurunan 10% harga timah di London Metal Exchange tahun ini.
Hendra Apollo, koordinator protes mengatakan, sekitar 2.000 penambang berunjuk rasa di depan kantor PT Timah (TINS), produsen terbesar Indonesia, di Pangkalpinang hari ini. Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan menambahkan, protes tersebut kemudian diikuti demonstrasi oleh 1.500 pekerja PT Timah pada 22 Mei untuk melawan penambangan liar. (ltc)