BISNIS.COM, JAKARTA--Saham di bursa negara-negara berkembang naik untuk pertama kalinya dalam sepekan terakhir, dipimpin oleh produsen komoditas setelah inflasi lebih lambat di China mengurangi tekanan pengetatan moneter.
Saham Dubai rally ke level tertinggi sejak 2009. China National Building Material Co melonjak 5,8% di Hong Kong sementara Drake & Scull International PJSC melonjak ke harga tertinggi dalam lebih dari 5 bulan.
Adapun OAO Lukoil, perusahaan minyak terbesar nonpemerintah di Rusia, naik 2,2%. Brasil Bovespa (IBOV) naik untuk hari ketiga setelah produsen bijih besi Vale SA reli.
Nilai tukar Baht Thailand mencapai 29 per US$ untuk pertama kalinya sejak 1997.
MSCI Emerging Markets Index (MXEF) naik 0,7% menjadi 1,013.84 pada pukul 11:03 di New York, rebound dari level terendah sejak 30 November.
Sementara Inflasi China mereda lebih dari perkiraan dari level tertinggi 10 bulan seiring turunnya harga pangan, mengurangi tekanan bagi pembuat kebijakan untuk memperketat kredit guna memulihkan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.
"Persepsi investor pada pasar negara berkembang telah begitu negatif sehingga dengan kabar baik sedikit, pasar dapat pulih dengan mudah," ujar Soni Wibowo, direktur di PT Investment Management Bahana TCW yang mengelola aset sekitar Rp22 triliun.
Saham komoditas naik terbesar di antara kelompok 10 dalam Indeks MSCI Emerging Markets, bertambah 1,4%.
Indeks yang lebih luas kehilangan 4% tahun ini, dibandingkan dengan kenaikan 6,8% pada Indeks MSCI World (MXWO) di bursa negara berkembang. (ra)