JAKARTA -- Memasuki tahun 2013, bursa saham Indonesia mengalami kenaikan meski tidak setajam tahun-tahun sebelumnya. Bisnis Indonesia mewawancarai Christy Tan, Director & Local Currency Strategist Global Research Merrill Lynch Singapore Pte Ltd, dan Victoria Ip, Managing Director Asia CIO Office Merrill Lynch Asia Pacific Ltd.
Perwakilan dari lembaga pengelola aset dunia Bank of America Merrill Lynch itu memberi penjelasan serta prediksi tentang ekonomi Indonesia, mata uang dan investasi secara umum. IHSG diproyeksikan naik secara perlahan.
Bagaimana pertumbuhan bursa saham Indonesia apakah akan sama seperti tahun lalu?
Victoria: Cukup positif karena sentimen di bursa global termasuk Amerika Serikat yang telah memberikan pelonggaran kuantitatif, dan di Eropa yang mulai menunjukkan resolusi terhadap krisis serta peningkatan di Asia. Sentimen dalam negeri termasuk konsumsi domestik yang cukup bagus terutapa pada saat sebelum pemilihan presiden. Sejauh ini tidak ada aliran dana asing yang mengalir keluar dari Indonesia.
Bursa saham Indonesia positif dengan valuasi yang tidak murah. Oleh karena itu kami melihat kinerjanya relatif, tidak absolut. Bila dibandingkan dengan bursa Asia secara keseluruhan, pertumbuhan rata-rata regional kami perkirakan sekitar 10%-15% meski kami belum dapat memperikan angka pastinya.
Bursa Thailand dan Filipina pada tahun lalu tumbuh lebih cepat dibandingkan Indonesia. Indonesia tumbuh tidak setajam sebelumnya, lebih modest. Sektor yang akan mendorong bursa masih dari konsumsi dan infrastruktur.
Komoditas memang ada sedikit perbaikan dibandingkan tahun lalu karena China telah pulih dengan menyeimbangkan permintaan dan penawaran. Secara umum pertumbuhannya modest, sedikit peningkatan akibat kembalinya permintaan China.
Christy: Merrill Lynch mengamati program pembelian surat utang di AS, yang disebut dengan QE, sejauh ini telah memberi dampat positif pada bursa Indonesia. QE1 memberi dampak yang sangat kuat dan signifikan, QE2 dampaknya lebih rendah dan QE3 cukup lemah.
Merrill Lynch mencatat pada Maret hingga Oktober2009 saat pertama program QE dijalankan, IHSG naik 79%. Pada program selanjutnya selama November 2009 hingga November 2010, IHSG mencatat kenaikan 53%. Sementara itu, pada periode QE2 mulai November 2010 hingga Juni 2011, IHSG mencetak kenaikan 7,8%. Pada Agustus tahun lalu saat program QE3 diumumkan, IHSG naik 25%.
Pada September 2012 hingga akhir tahun setelah QE3 diputuskan, IHSG naik 3,5%. Bursa saham Indonesia sangat terpengaruh faktor eksternal dan telah menunjukkan kinerja di atas rata-rata relatif secara regional.
Namun, investor asing mulai mencari aset baru termasuk Thailand yang memiliki ekonomi stabil dan pertumbuhan sedang tinggi.
Indonesia saat ini memiliki problem defist sehingga membuat para investor ragu masuk ke pasar modal. China sudah mulai kembali menarik dan aliran dana masuk akan positif.
Bagaimana pasar obligasi Indonesia?
Victoria: Saat ini kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah Indonesia mencapai 33%, sedikit lebih rendah dibandingkan 35%-36% pada tahun 2011.
Investor asing menganggap Obligasi Indonesia masih menarik tetapi khawatir masalah harga bahan bakar bersubsidi. Di wilayah Asia secara umum imbal hasil obligasi termasuk rendah.
Bagaimana dengan obligasi korporasi?
Victoria: Yang perlu dilihat adalah sisi peringkat kredit dari perusahaan yang mengeluarkan obligasi dalam denominasi dolar.
Sejauh ini obligasi korporasi Indonesia tidak terlalu mencetak capital gain besar tetapi lebih banyak mendapat untung dari kupon. Lebih banyak pendapatan dihasilkan oleh kupon dibandingkan oleh kenaikan harga. (07/Bsi)