JAKARTA-- Nilai tukar rupiah terus melanjutkan pelemahannya hingga menyentuh level Rp9.854/US$ atau terkoreksi 0,27%, level terendah sejak Oktober 2009.
Hingga pukul 14.49 WIB, mata uang Garuda itu ditransaksikan pada kisaran Rp9.730-Rp9.854 per dollar AS. Pada awal pembukaan perdagangan hari ini, rupiah sempat menguat terhadap dollar sebelum akhirnya terhempas ke level terendahnya.
Pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (8/1) nilai tukar rupiah melemah Rp157 per dollar AS atau 1,62% ke level Rp9.827/US$.
Dari indeks nilai tukar Bloomberg pukul 14.50 WIB diketahui dollar AS menguat terhadap 5 mata uang negara Asia yakni Australia, Selandia Baru, Jepang, dan Hong Kong.
Kepala Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan indikasi pelemahan nilai tukar rupiah mulai membuat gentar pelaku pasar Tanah Air.
"Faktor melemahnya rupiah akibat berlanjutnya defisit perdagangan, kekhawatiran psikologis akibat kenaikan TDL & penguatan US Dollar terhadap mayoritas mata uang nampaknya perlu mendapat perhatian lebih ke depannya," katanya dalam review pasar, Rabu (9/1).
Jika Bank Indonesia lengah, menurutnya, pelemahan nilai rupiah ini bisa menjadi bola liar yang berbahaya bagi perekonomian domestik.
"Jika rupiah sempat berada di atas Rp10.000 per dollar AS dan berlangsung cukup lama, maka bisa berdampak kepada psikologis penduduk Indonesia seperti 1998 dan hal itu harus dicegah yang mana salah satu cara terbaiknya adalah mengurangi subsidi BBM untuk mengurangi tekanan terhadap neraca transaksi berjalan," jelasnya.
(faa)