Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA KARET: Dongkrak Ke Level US$3,5/Kg, Produsen Perlu Sepakat Kurangi Pasokan Ke Pasar

JAKARTA: Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) menilai tren penurunan harga komoditas di pasar dunia saat ini perlu diatasi secara bersama oleh negara produsen untuk mengatur suplai ke pasar.Penasihat Gapkindo Asril Sutan Amir mengatakan metode

JAKARTA: Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) menilai tren penurunan harga komoditas di pasar dunia saat ini perlu diatasi secara bersama oleh negara produsen untuk mengatur suplai ke pasar.Penasihat Gapkindo Asril Sutan Amir mengatakan metode pengaturan suplai itu sudah dilakukan terhadap komoditas karet. Negara produsen utama karet di dunia yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia sepakat untuk mengatur suplai yaitu melalui metode Agreed Export Tonage Scheme (AETS).“Itu perlu kesepakatan bersama sesama negara produsen untuk mengatur suplai, sehingga harga komoditas tidak turun dan kembali naik,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (23/10/2012).Dia menuturkan program pengurangan ekspor karet (AETS) sudah dijalankan oleh Indonesia, Thailand, dan Malaysia sejak awal bulan ini.Menurutnya, dengan adanya pengurangan volume ekspor karet oleh ketiga negara produsen itu, maka harga karet secara perlahan bergerak naik menjadi US$2,8 per kg dibandingkan dengan sebelumnya US$2,5 per kg. "Harga karet sebelumnya hanya US$2,5 per kg, lalu bergerak naik menjadi US$2,6, US$2,7, dan sekarang US$2,8 per kg."Asril menambahkan harga ideal karet US$3,5 per kg. Oleh karena itu, dia mengharapkan program AETS itu dapat meningkatkan harga karet hingga US$3,5 per kg.Penurunan harga komoditas seperti karet dan minyak kelapa sawit yang sedang terjadi saat ini, katanya, akan berdampak pada stakeholder seperti petani, pengusaha, eksportir, dan pemerintah.Pendapatan devisa negara akan turun jika harga komoditas turun, sedangkan pendapatan petani, eksportir, dan pengusaha juga turun."Jika harga komoditas turun maka petani juga tidak sejahtera, sehingga mereka enggan untuk menanam lagi, ini dapat berdampak dalam jangka panjang," jelasnya.Terkait dengan AETS, Indonesia akan mengurangi ekspor karet alam mulai mulai awal bulan ini sampai dengan akhir Maret 2013 sebanyak 117.000 ton, sebagai upaya menghabiskan stok karet di pasar, sehingga dapat memperbaiki harga.Negara yang tergabung dalam produsen karet yaitu International Tripartit Rubber Council (ITRC) yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia sepakat untuk mengurangi volume ekspor karet alam dari ketiga negara pada tahun ini sebanyak 300.000 ton.Indonesia mendapatkan jatah pengurangan ekspor karet sebanyak 117.000 ton, Thailand sekitar 140.000 ton, dan Malaysia 43.000 ton.Pengurangan ekspor karet Indonesia tahun ini 117.000 ton dibagi pada periode Oktober-Desember 2012 sebanyak 60% atau 70.200 ton, Januari-Maret 2013 sebesar 40% atau 46.000 ton.Pengurangan ekspor pada Oktober 2012 sebanyak 23.400 ton, pada November dan Desember masing-masing 23.400 ton.Pengurangan volume ekspor karet alam Indonesia pada tahun ini 117.000 ton itu akan mengurangi target ekspor.Jika target ekspor karet alam tahun ini hanya 2,28 juta ton, dengan adanya program AETS itu ekspor karet alam Indonesia pada 2012 hanya 2,16 juta ton. (bas) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper