JAKARTA: PT Bumi Resources Tbk mempertimbangkan kemungkinan penawaran saham terbatas dan penjualan sejumlah aset untuk membayar utang setelah merebaknya isu investigasi induk usaha yang memicu penurunan rating kredit.
Presiden Direktur Bumi Resources Ari S. Hudaya mengatakan penambahan modal mungkin dapat dilakukan dengan atau tanpa hak memesan efek terlebih dahulu meski tidak menyebutkan nilai atau tanggalnya.
“Itu bisa merupakan non pre-emptive, bisa juga normal rights issue,” ujarnya dalam paparan publik, Selasa (2/10).
Bumi Resources mengungkapkan jumlah utang perusahaan sebesar US$3,8 miliar dan bisa digabung dengan entitas anak per Juni 2012 mencapai US$4,11 miliar. Sementara itu Morgan Stanley mencatat jumlah utang Bumi dan entitas anak per Juni 2012 senilai US$4,6 miliar termasuk obligasi BUMIIJ 16s dan BUMIIJ 17s yang akan jatuh tempo 2016 dan 2017.
Terkait dengan percepatan pembayaran utang, salah satu produsen batu bara terbesar Indonesia ini juga mengungkap kemungkinan penjualan sejumlah aset di luar bisnis utamanya termasuk 50% saham di Fajar Bumi Sakti.
Direktur/Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava menuturkan sudah ada pembicaraan dengan calon pembeli aset yang berbasis di Kalimantan Timur tersebut.
“Pembicaraan masing berlangsung. Saya tidak bisa berkomentar terkait dengan nilainya,” katanya. (07/yus)