Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OBLIGASI INDOSAT seri VII/2012 diterbitkan senilai Rp2 triliun

 

 

JAKARTA: PT Indosat Tbk kemarin (Senin 28 Mei 2012) mengumumkan akan menerbitkan obligasi Indosat VIII/2012 dengan tingkat bunga tetap senilai Rp2 Triliun. Perseroan ini juga akan menerbitkan sukuk ijarah Indosat V/2012 dengan sisa imbalan ijarah Rp500 miliar.
 
Obligasi yang ditawarkan terdiri dari dua seri yaitu seri A berjangka waktu 7 tahun dan seri B berjangka waktu 10 tahun. Masing-masing ditawarkan sebesar 100% dari jumlah pokok obligasi. 
 
Bunga obligasi dibayarkan setiap triwulan sejak tanggal emisi dimana bunga pertama akan dibayarkan pada 27 September 2012. Sementara bunga obligasi terakhir sekaligus jatuh tempo akan dibayarkan pada 27 Juni 2019 untuk seri A dan 27 Juni 2022 untuk seri B.
 
Sementara itu, sukuk ditawarkan sebesar 100% dari sisa imbalan ijarah. Cicilan imbalan ijarah mulai dibayarkan pertama pada 27 September dan terakhir sekaligus jatuh tempo dibayarkan pada 27 Juni 2019.
 
Perseroan berencana mengadakan masa penawaran awal obligasi Indosat VIII/2012 dan sukuk ijarah Indosat V/2012 pada 29 Mei hingga 8 Juni dan penawaran umum dibuka pada 20 hingga 22 Juni. Untuk itu, emiten telekomunikasi ini telah menunjuk PT Bank Rakyat Indonesia sebagai wali amanat.
 
Sekitar 65% dana obligasi dan sukuk ijarah akan digunakan untuk pembayaran lisensi jaringan kepada pemerintah, yaitu Biaya Hak Penggunaan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) Penyelenggara Jaringan Bergerak Selular di pita frekuensi radio 800MHz, 900MHz, dan 1800MHz.
 
Adapun 25% dana digunakan untuk pembelian base sation subsystem (BSS) agar meningkatkan kapasitas di area traffic tinggi dan memperluas jangkauan jaringan. Sisanya, sebanyak 10% dipakai untuk melakukan opsi beli atas obligasi Indosat II 2002 seri B sebesar Rp200 miliar yang jatuh tempo pada 6 November 2032 mendatang.
 
Pada 2011, pendapatan usaha Indosat meningkat Rp780,4 miliar atau 3,9% menjadi Rp 20,57 triliun dibanding tahun sebelumnya. Namun laba usaha mengalami penurunan sebesar Rp611,3 miliar atau 17,8% dari Rp3,44 triliun menjadi Rp2,83 triliun pada 2011. (sut) 

 

 

 

 

BACA JUGA:

Skandal seks DPR mulai terkuak

Kekhawatiran data China pukul saham pertambangan

Hasil F1 Monaco, Webber juaranya

Rossi masuk Honda gantikan Stoner?

Nilai tukar rupiah, gimana hari ini?

 

SITE MAP:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Sutarno
Sumber : Christine Franciska

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper